Magma Gunung Agung Bergerak ke Permukaan Kawah

Magma Gunung Agung Bergerak ke Permukaan Kawah
Material letusan Gunung Agung yang terbawa air hujan mengalir ke daerah Sungai Yeh Sah di Desa Batusesa, Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa (5/12). Foto: Raka Denny/Jawa Pos

Ia menambahkan, jika dari deformasi, menurutnya saat ini ada kecenderungan befluktuasi, setelah pada tanggal 30 Desember hingga 3 November 2017 lalu mengalami deflasi.

“Dan deflasi berkaitan dengan pertambahan beban apa yang ada pada permukaan atau adanya pengurangan tekanan dalam tubuh Gunung Agung,” imbuhnya.

Sementara itu, secara geokimia gas yang terekam masih gas magmatik dengan kandungan 1.300 ton per hari, meskipun asap cenderung berwarna putih ada konten SO2 (belerang) di dalamnya yang mengindikasikan bahwa aktivitas magmatik masih berlangsung sama seperti saat status waspada dan siaga tetapi konten gas berbeda. Sudah ada SO2 dan sudah ada komponen magmatiknya,” lanjut Devy.

Dia juga mengatakan bahwa tingginya kandungan SO2 juga kemungkinan menyebabkan daerah di sekitar Gunung Agung kembali tercium bau belerang yang menyengat.

Dan berdasarkan hasil pantauan satelit, lava masih mengisi ke permukaan kawah dengan laju melambat namun masih mengalami pertambahan.

Jika sebelumnya pada periode erupsi tanggal 25 hingga 29 November 2017 lalu sudah langsung sampai 20 juta meter kubik, kini dari 30 November hingga kemarin ketinggian lava masih bertambah.

“Namun masih cukup jauh sampai ke bibir kawah. Karena jarak lava sampai meraih bibir kawah masih sekitar 120 meter. Dibandingkan, Gunung Sinabung 1,5 juta hingga 2 juta ton, kawah sudah penuh dan menghasilkan awan panas dengan jangkauan 5 kilometer,” bebernya.

Kendatipun dikatakan mirip, namun ada perbedan dengan tahun 1963.

Adanya gempa tremor overscale di Gunung Agung mengindikasikan adanya pergerakan aliran magma ke permukaan kawah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News