Malahayati Pimpin Pasukan Janda, Resimen Tempur Ditakuti

Malahayati Pimpin Pasukan Janda, Resimen Tempur Ditakuti
Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan kepada empat tokoh Indonesia. Upacara penganugerahan gelar pahlawan itu digelar di Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/11/2015). Foto: RAKA DENNY/JAWAPOS

”Pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan pemerintah kepada seorang warga negara Indonesia (WNI) yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara,” ujarnya.

Khofifah menambahkan, pahlawan nasional bukan hanya yang berjasa di medan perang. Sedangkan permohonan usul pemberian gelar pahlawan nasional kepada presiden disampaikan melalui Dewan Gelar.

”Sebelumnya diadakan verifikasi, penelitian, dan pengkajian melalui proses seminar, diskusi, serta sarasehan,” katanya.

Keumalahayati –atau cukup dipanggil dengan Malahayati– adalah sosok di balik ketangguhan armada Angkatan Laut (AL) Kesultanan Aceh pada masanya.

Ketangguhan perempuan kelahiran 1550 itu tersohor di kalangan penjelajah laut dunia pada masa tersebut. Dia pun diakui sebagai admiral atau laksamana AL perempuan pertama di dunia.

Keponakan Putro yang juga penulis buku Perempuan-Perempuan Aceh yang Bercahaya dalam Lintasan Sejarah, Datuk Pocut Haslinda Syahrul, menjelaskan, Malahayati memulai karir dengan mengikuti pendidikan admiral di Aceh.

Kala itu di Aceh sudah ada sekolah AL yang dibangun Kesultanan Turki. Kebetulan, keluarganya juga berlatar belakang militer.

”Ayahnya itu laksamana, kakeknya laksamana, buyutnya adalah sultan, sebelum zaman Sultan Iskandar Muda,” terangnya.

Cornelis de Houtman, penjelajah Belanda, akhirnya terbunuh di tangan Malahayati. Dalam sebuah pertarungan satu lawan satu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News