Mantan Pengawai Bank yang Kini Jadi "Legenda" Hiburan Malam

Mantan Pengawai Bank yang Kini Jadi "Legenda" Hiburan Malam
EKO Nugroho bersama timnya di Boshe. FOTO: bca for jpnn.com

Namun, perjalanan bisnis Club tersebut  tidak berjalan mulus. Sang pemilik kemudian menjual club kepada pihak lain. Sehingga, Eko memilih memisahkan diri dari manajemen Club tersebut. Kemudian, pada 2010 manajemen Boshe di bawah kepemimpinannya membuka  club sendiri dengan nama Boshe VVIP Club di Bali. 

Menurutnya, dalam bisnis dunia hiburan sangatlah banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Dunia malam memang identik dengan konotasi negatif dari masyarakat. 

Namun, tantangan tersebut bisa dilewatinya dengan mulus. Selain hal itu, pada saat membuat acara yang yang mengundang artis-artis baik dalam negeri maupun luar negeri, tidak serta merta bisa mendapat untung. Bahkan bisa mendapat kerugian.

Eko mengatakan, dalam bisnis hiburan malam, misalnya berinvestasi belum tentu akan mendapat keuntungan yang serupa. “Contohnya, kami mengundang salah artis yang bayarannya bisa Rp 150 juta, nah belum lagi biaya lain-lain. Bisa mencapai Rp 220 juta. Ga mungkin kan, dari pengunjung yang masuk dengan tarif Rp 100 ribu per orang akan menutup modal yang kami keluarkan. Setidaknya kami harus putar otak untuk hal ini,” tuturnya.

“Di Boshe Jogja, tiap minggu kami adakan pengajian karyawan. Sebelum buka, kami adakan pengajian yang dipimpin oleh seorang uztads terkenal. Bahkan, tiap hari minggu kami adakan kebaktian juga. Dan ini pertama kalinya dalam sejarah dunia hiburan malam,” ungkapnya. 

Dirinya berpendapat, untuk apa Boshe memiliki karyawan, dan mereka digaji kemudian gajinya disalahkangunakan untuk melakukan hal-hal yang berbau negatif. Boshe bahkan memiliki program untuk memberangkatkan haji karyawannya tiap tahun sebanyak dua orang.

“Secara langsung, hal itu akan justru menghancurkan klub itu sendiri. Lebih baik kan dinikmati bersama keluarga mereka,” ungkap Eko. Untuk Boshe Bali, pihak manajemen setahun sekali mengadakan razia narkoba dan merangkul Granat(Gerakan rakyat Anti Narkoba) di Jogja. Disini, Eko juga membuat terobosan dengan memiliki dokter pribadi yang rutin mengecek kesehatan karyawannya.

Dalam bisnis dunia malam, harus memiliki inovasi-inovasi yang lain dengan bisnis lainnya. “Kalau bisnis kayak Boshe ini tidak memiliki kreativitas, akan mati bisnis ini. Mati dalam arti, ya hanya monotonlah. Orang-orang akan jenuh dengan apa yang disajikan,” katanya. 

EKO Nugroho sudah merasakan asam garam dalam dunia bisnis hiburan malam. Berbagai rintangan dan cobaan pernah dihadapi. Dengan ketekunannanya itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News