Masjidpreneur

Oleh: Joko Intarto

Masjidpreneur
Masjid Istiqlal, Jakarta. Foto: Dery Ridwansyah/Jawa Pos

Jumat malam, saya ikuti diskusi di grup WhatsApp yang saya admini. Seorang member grup melempar isu bagaimana cara membantu orang miskin dengan program ekonomi.

Di sela-sela rapat kerja Lazismu PP Muhammadiyah di Hotel Burza Jogjakarta, saya pun ikut nimbrung. "Satu dua hari lagi akan saya ceritakan bagaimana pengalaman saya mempertemukan pengusaha boneka dengan komunitas jamaah masjid yang akan saling bekerjasama dengan modal bank infak milik jamaah masjid," kata saya.

Jemaah masjid memang sangat berpotensi untuk mendirikan bank infak. Bank infak menerima dana infak dari jemaah dan menyalurkan dana itu kepada siapa saja yang perlu bantuan. Khususnya untuk membangun bisnis.

Ada banyak peluang usaha yang bisa dikelola dari masjid. Bila punya aula serbaguna, masjid bisa memanfaatkan untuk jasa perkawinan atau pertemuan warga. Bisnis turunannya banyak. Mulai jasa dekorasi, rias, catering hingga paket sewa mobil.

Masjid juga bisa membangun layanan lain seperti jasa akikah, jasa pendidikan dan jasa kesehatan. Semua bisa dimulai dengan modal dari bank infak.

Menurut Dewan Masjid Indonesia, ada 800 ribu masjid di seluruh Indonesia. Bila semua masjid punya bank infak dan bisa menghasilkan 10 bidang usaha, alangkah banyak orang-orang miskin yang bisa dibantu. Yang menganggur bisa bekerja. Yang kekurangan bisa lebih sejahtera.

Delapan ratus ribu masjid adalah jumlah yang sangat besar. Semua akan dimulai dari satu masjid. Sebagai model. Bila berhasil satu, kloning ke masjid berapa pun, hanya masalah waktu. (jto)

 

Joko Intarto mengatakan, masjid juga bisa membangun layanan lain seperti jasa akikah, jasa pendidikan dan jasa kesehatan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News