Medvedev Setia Mobil Klasik, Rekening Ibu Negara Kosong
Selasa, 12 April 2011 – 08:16 WIB
Selain mobil, kekayaan lain Medvedev adalah tabungan. Tokoh kelahiran St. Petersburg, 14 September 1965, itu mengaku punya 14 rekening atas namanya pada sejumlah bank. Total jumlah tabungan sang kepala negara dalam 14 rekening itu senilai USD 177.251 (sekitar Rp 1,53 miliar). Selain harta pribadi, Medvedev juga punya harta bersama sang istri, Svetlana Vladimirovna Medvedeva, 46. Yakni, sebuah apartemen seluas 367,8 meter per segi yang terletak di salah satu sudut Moskow, ibu kota Rusia.
Baca Juga:
Sebagai pencetus kesederhanaan, Medvedev pun tidak membiarkan istrinya hidup mewah. Dalam setahun terakhir, ibu negara kelahiran 15 Maret 1965 itu hanya memperoleh penghasilan dari dua lahan parkir yang dia sewakan. Total luas dua lahan parkir yang terletak di ibu kota itu berkisar 32,5 meter persegi. Mobil pribadi perempuan 46 tahun itu pun Volkswagen (VW) Golf yang dibelinya pada 1999. Mobil tersebut tiga tahun terakhir ini selalu dia laporkan sebagai harta pribadinya.
"Saya punya tiga rekening atas nama pribadi pada tiga bank berbeda di Rusia. Tetapi, saat ini tidak ada uang sepeser pun dalam tiga rekening itu," kata ibu satu putra tersebut kepada Murmansk & Shtokman News.
Konon, ekonom lulusan St. Petersburg State University of Economics and Finance itu lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia politik. Perempuan yang fasih berbahasa Prancis itu tidak mau setengah-setengah mendukung karir sang suami.
SEJAK 2008, pemerintah Rusia mewajibkan presiden dan perdana menteri mengumumkan kekayaan mereka sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik.
BERITA TERKAIT
- Korea Utara Akui Gagal Luncurkan Satelit Pengintai Militer
- Donald Trump Berjanji Sikat Pendukung Palestina Jika Terpilih Jadi Presiden
- Pesawat Tempur Israel Bunuh Pentolan Hamas di Tepi Barat
- Xi Jinping Turun Gunung, China Siap Membereskan Konflik di Timur Tengah
- 24 Tahun Diperjuangkan Indonesia, Traktat Proteksi Pengetahuan Tradisional Akhirnya Disahkan
- China Kembali Berulah, Situasi di Eropa Makin Keruh