Mencoba Berpikir Lebih Tenang

Mencoba Berpikir Lebih Tenang
Foto: Dok.JPNN
Itu pemikiran yang salah dan sudah melenceng. Kita harus meluruskan padangan masyarakat ini. Sekarang kelompok radikal atau teroris di Indonesia kira-kira berapa persen dari jumlah populasi umat Islam di Indonesia?  Itu menurut saya tidak sampai 0,01 persen. Artinya, tidak semua umat Islam di Indonesia seperti itu.

Kalau sekarang ini era canggih dan begitu cepat, maka berita negatif jadi menu utama yang sangat menarik. Begitu ada radikalisme,  langsung menjadi informasi yang sangat umum dan sangat luas. Tapi kemudian, itu akan menjadi salah persepsi dan Islam dinilai agama radikal.


Anda menilai pemberitaan media berperan membentuk persepsi yang salah?

Ya. Salah satunya, ini karena antara lain pemberitaan itu. Apalagi sekarang banyak survey yang menurut saya sangat bisa diperdebatkan. Sekarang ini banyak survey yang dibuat sengaja untuk menimbulkan publik opini. Contohnya, ada survey mengenai guru agama Islam  dan murid di sekolah umum. Setelah disurvey, kesimpulannya terjadi peningkatan sikap intoleransi guru agama Islam dan murid. Padahal tidak tahu, itu surveynya dilakukan kapan? Kepada siswa kelas berapa?

Contoh lain, kalau melakukan survey di tengah masyarakat , di mana masyarakat itu tinggal di pemukiman yang mayoritas Nasrani dan ada sebuah gereja. Lalu, disurvey dengan pertanyaan “Apakah di daerah Anda setuju apabila dibangun sebuah mesjid?” pasti jawabannya tidak setuju kan? Nah, kemudian pelaku survey langsung membuat kesimpulan “tidak setuju” tanpa menelaah lebih dalam. Akhirnya apa? Disimpulkan masyarakat itu intoleran dan dipublikasikan oleh seluruh media. Padahal, cara men-surveynya salah. Inilah yang akhirnya memicu salahnya pemikiran masyarakat dan berujung keributan berbau SARA. 

RANGKAIAN konflik berbau sensitif sepertinya tak pernah putus di negeri ini. Masalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Taman Yasmin di Bogor hingga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News