Mengunjungi Kampung Ahmadiyah di Cisalada, Bogor

Punya Stasiun Televisi, Kampus, hingga KTP Internasional

Mengunjungi Kampung Ahmadiyah di Cisalada, Bogor
TEKUN: Para calon mubaligh Ahmadiyah saat belajar di ruang bahasa dan komputer di kampus Jamiah Ahmadiyah Indonesia di Parung, Bogor, Jawa Barat. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos
Masjid itu cukup sederhana. Luasnya tak lebih dari 150 meter persegi dan terletak tepat di tikungan jalan desa. Masjid tersebut memiliki parabola untuk menangkap siaran khusus jamaah Ahmadiyah melalui Muslim Television Ahmadiyah (MTA). "Kadang-kadang, kami nonton bareng di masjid untuk menyimak pidato tahunan khalifah," kata Ahmad Hidayat, mubalig yang bertugas di Cisalada.

Ahmad Zaini, salah seorang warga, menuturkan, masuknya masyarakat Cisalada ke Ahmadiyah bukan tanpa alasan. Jauh sebelum para pendakwah Ahmadiyah datang, salah seorang sesepuh kampung meramalkan akan datangnya pemuka agama di tengah-tengah kampung. "Ikutilah apa yang dia katakan meskipun dia pandai memainkan ular," ungkapnya.

Makna pandai memainkan ular itu, kata Zaini, merujuk pada asal para pendakwah. Mereka yang membawa Ahmadiyah tersebut berasal dari India. Di sana, permainan ular dengan seruling memang cukup populer. Karena itu, begitu mubalig Ahmadiyah tersebut datang, mereka langsung berbaiat dan mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi yang diramalkan datang.

Suasana kampung tersebut cukup tenang. Jalan desa hanya berupa jalan kerikil selebar dua meter. Selain pegawai negeri dan guru, kebanyakan penduduk bekerja sebagai petani serta buruh tani. Di sejumlah jalan menuju desa tersebut, terdapat beberapa rumah dengan kaca jendela pecah dan tembok-tembok rumah yang hancur. Umpatan dan makian tertulis di dinding-dinding rumah.

Jumlah jamaah Ahmadiyah di Indonesia diklaim mencapai 500 ribu orang. Mereka tersebar di 330 cabang di seluruh wilayah Nusantara. Para penganut Ahmadiyah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News