Menyesal Gwadar

Oleh Dahlan Iskan

 Menyesal Gwadar
Dahlan Iskan di pedalaman Pakistan, dekat Kashmir. Foto: disway.id

Untung juga sudah ketahuan saat masih dekat dengan Karachi. Misalkan baru ketahuan setelah berjalan lima jam lebih sia-sia lagi.

Ternyata memang begitu tidak aman.  Lebih-lebih sekarang ini.

Saat saya menulis naskah ini. Saat saya baru saja melintasi perbatasan Kambodia-Vietnam ini. Setelah menyeberangi jembatan Sungai Mekong ini. Saya baca peristiwa itu: separatis Baluch melakukan sweeping.

Mobil jurusan Karachi-Gwadar dirazia. Orang asing diturunkan. Orang asing di Pakistan hampir pasti Chinese. Mereka menemukan 14 orang. Dari beberapa mobil. Dibawa pergi. Dibunuh. Semuanya. 

Sebenarnya saya tidak takut itu. Sisa-sisa kewartawanan saya masih agak tebal. Disekap pun sebenarnya menarik juga. Asal jangan dibunuh. InsyaAllah saya bisa mencari cara untuk tidak dibunuh.

Kapan-kapan saya harus tetap ke Gwadar. Apalagi setelah proyek itu terwujud. Yang sedikit banyak bisa mengatasi kemiskinan wilayah Baluchistan. Bahkan bisa saja modernitasnya akan mengejar Punjab.

Saya pun jadi tahu: mengapa Amerika mundur dari proyek Gwadar. Sekian puluh tahun lalu. Demikian juga Singapura. Siapa sih yang mau dagang dalam situasi keamanan seperti itu.

Alasan keamanan seperti itu pula yang membuat Eropa mundur dari Afrika. Lalu digantikan Tiongkok. Di mana-mana.

Saya pun jadi tahu: mengapa Amerika mundur dari proyek Gwadar. Sekian puluh tahun lalu. Demikian juga Singapura.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News