Menyesal Gwadar

Oleh Dahlan Iskan

 Menyesal Gwadar
Dahlan Iskan di pedalaman Pakistan, dekat Kashmir. Foto: disway.id

"Kenapa perusahaan Anda tadi tidak memberi tahu saya kalau orang asing dilarang ke Gwadar?“ tegur saya pada sopir.

"Sayangnya tadi bapak turun motret-motret," jawabnya. "Ini gara-gara motret-motret itu," tambahnya.

Saya berhenti marah. Ingat pesan dokter: tidak boleh emosi.

Saya sudah terlalu banyak emosi. Tiga tahun terakhir. Untuk urusan yang sia-sia itu. Sampai pembuluh darah saya pecah setahun lalu. Saat saya di Madinah. Untuk umrah dengan seluruh keluarga.

Ternyata saya memang kurang teliti. Di visa saya ada tertulis catatan: tidak boleh ke daerah yang terlarang. Saya tidak meneliti visa itu. Saya pikir sama dengan visa-visa pada umumnya.

Saya salah. Saya kalah.

Ternyata polisi itu benar. Sangat tidak aman. Tidak peduli Chinese atau bukan. Pokoknya bukan orang Baluch. Pokoknya bisa menarik perhatian.

Kalau pun saya tadi tidak motret-motret. Pasti di pemeriksaan berikutnya akan ketahuan. Atau di pos yang lebih jauh lagi.

Saya pun jadi tahu: mengapa Amerika mundur dari proyek Gwadar. Sekian puluh tahun lalu. Demikian juga Singapura.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News