Nembak Oke, Ngajari Nembak Mau
Libatkan Anak sebelum Promosi
Senin, 25 Oktober 2010 – 16:26 WIB
Apalagi, imbuh Sri, saat itu pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat. Sri muda, yang baru lulus dari jurusan pendidikan sosial di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Solo, penasaran. Dia ingin jalan-jalan ke Kota Kembang tersebut. "Adik sepupu saya yang ikut daftar bilang, eh nggak apa-apa, sekalian nanti lihat Bandung kayak apa," ujarnya. "Maklum, saat itu kan saya masih muda banget," imbuh wanita berkulit cerah tersebut lantas tersenyum.
Orang tua Sri layak cemas. Sebab, Sri awalnya digadang-gadang menjadi guru. Keluarga mereka juga tidak berlatar belakang militer. Sri bahkan sudah menghitung hari untuk mengajar IPS di sebuah sekolah di Solo. Apalagi, pada masa-masa itu tentara wanita masih jarang. "Soalnya, dulu penasaran, seperti apa sih jadi tentara. Pas ada pendaftaran wamil (wajib militer), ya sudah, ikut saja," ujarnya.
Saat menjalani pendidikan di Pusat Pendidikan (Pusdik) Kowad di Bandung, Sri kaget. Dia heran dengan kebiasaan di militer yang selalu tegas dan berbicara dengan nada tinggi. Bahkan, kepada atasan, mereka tetap bersuara keras saat mengucapkan kata "siap".
"Saya kan besar di Solo. Awalnya kaget. Tentara kalau ngomong kok kayak marah-marah gitu, ya. Tapi, sekarang sudah biasa, memang harus begitu," tambah peraih penghargaan Yudha Dharma Nararya dan Kartika Eka Paksi tersebut.
PERWIRA pria yang berpangkat jenderal mungkin biasa. Jumlahnya sudah berjibun di korps militer maupun kepolisian. Tapi, wanita berpangkat jenderal,
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor