Ombak Tinggi, Nelayan Beralih Profesi

Ombak Tinggi, Nelayan Beralih Profesi
Ombak Tinggi, Nelayan Beralih Profesi

jpnn.com - TULUNGAGUNG - Masa pergantian dari musim hujan ke musim kemarau berdampak pada para nelayan. Ombak dan angin di laut selatan, tepatnya di Pantai Brumbun, Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggung Gunung, saat ini cukup tinggi. Akibatnya, nelayan di pantai tersebut tidak melaut untuk sementara waktu.

Agar dapur tetap mengepul, para nelayan itu kini beralih profesi. Sebagian memilih bertani, sedangkan sebagian lain berdagang.

Ryanto, salah seorang nelayan setempat, menjelaskan bahwa ombak tinggi dan angin kencang tersebut terjadi sejak tiga hari lalu. Ketika dia dan nelayan lain akan berangkat mencari ikan saat itu, cuaca cukup bersahabat atau cerah. Namun, saat mereka berada di tengah laut, tiba-tiba cuaca berubah. Ombak bahkan mencapai ketinggian sekitar tiga meter. ''Gelombang tinggi juga disertai angin kencang,'' ujarnya Minggu (23/3).

Karena gelombang tinggi dan cuaca tidak menentu, kata dia, para nelayan di tengah laut memutuskan untuk pulang. Nelayan yang akan berangkat akhirnya membatalkan keberangkatan. Mereka memilih tidak melaut untuk sementara.

Apalagi, lanjut dia, perahu para nelayan Pantai Brumbun berukuran kecil dan rawan terbalik atau rusak jika terempas gelombang besar. ''Kami cari aman. Kalau cuaca sudah normal, kami akan melaut lagi. Sebab, itu adalah mata pencaharian utama kami,'' ucapnya.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup, nelayan memilih bertani di ladang milik Perhutani. Warga menanam jagung dan pisang. ''Sebagian beralih menjadi pedagang, sebagian lain bertani. Kalaupun melaut, kami berlayar hanya di pinggiran tebing,'' jelas bapak dua anak tersebut.

Hal sama dikatakan Basori, nelayan Pantai Nggerangan yang berada tidak jauh dari Brumbun Pantai. Menurut dia, para nelayan tidak melaut sejak tiga hari lalu. Beberapa nelayan sempat memaksa melaut, namun akhirnya kembali pulang. Sebab, kondisi laut tidak bersahabat.

Basori memaparkan, ombak tinggi biasa terjadi pada akhir musim kemarau. Sebab, arah angin berubah dan berdampak pada kondisi di lautan. ''Mungkin dua atau tiga hari mendatang kondisi di laut mulai normal lagi,'' katanya.

Sementara itu, aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Ketapang kembali terganggu kemarin. Kabut tebal yang melanda perairan Selat Bali sekitar pukul 11.40 membuat lalu lintas feri rute Banyuwangi-Bali dihentikan sementara. Penundaan itu tidak menimbulkan antrean panjang kendaraan karena hanya berlangsung 25 menit.

''Penundaan penyeberangan dilakukan karena kabut tebal. Itu kami lakukan demi menjaga keselamatan bersama,'' ujar Manajer Operasional PT ADSP Indonesia Ferry Cabang Ketapang Saharuddin Koto kemarin. Dia menambahkan, lantaran penundaan penyeberangan cukup singkat, antrean panjang kendaraan yang hendak menyeberang ke Pulau Bali pun berhasil dihindari.

Mereka yang ingin memanfaatkan jasa kapal penyeberangan, tampaknya, harus bersiap-siap terganggu karena cuaca yang tidak menentu. Jumat lalu (21/3), aktivitas penyeberangan melalui Pelabuhan Ketapang juga ditutup lebih dari lima jam. Sebab, angin kencang memicu gelombang tinggi. (wen/and/JPNN/c14/c15/dwi/any) 


TULUNGAGUNG - Masa pergantian dari musim hujan ke musim kemarau berdampak pada para nelayan. Ombak dan angin di laut selatan, tepatnya di Pantai


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News