Pasar Glodok Nasibmu Kini, Hidup Segan Mati Enggan

Pasar Glodok Nasibmu Kini, Hidup Segan Mati Enggan
Ilustrasi Pasar Glodok. Foto: Ricardo/JPNN

Omzet pedagang pun jeblok, khususnya dua sampai tiga tahun terakhir.

”Kalau dihitung, ya bisa 30–50 persen turunnya dibanding zaman masih lumayan ramai dulu. Misalnya yang sebelumnya omzet bisa sampai 100 jutaan per bulan, sekarang paling hanya 50 jutaan,” ujar Aseng (42), pemilik toko aksesori gadget di lantai satu.

Jawa Pos mewawancarai beberapa pengunjung yang berkeliling di Pasar Glodok. Sebagian dari mereka memang merupakan langganan toko tertentu.

Ada juga calon pembeli yang sengaja datang karena menganggap barang yang dijual di sana cukup murah.

Misalnya, Grace (32), salah seorang pengunjung Pasar Glodok yang saat ditemui menenteng sebuah ampli speaker dan mic wireless.

”Mau servis. Dulu belinya di sini, jadi kalau ada kerusakan selalu mampir ke sini,” ujar Grace.

Ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kemayoran tersebut mengaku tak mau ribet dalam urusan membeli atau memperbaiki alat elektronik.

”Banyak sih kalau mau beli di online, tapi kalau barang-barang kayak gini kalau tidak lihat langsung kurang percaya. Apalagi kalau ada kerusakan gini kan enak kalau sudah langganan,” ujarnya.

Pasar Glodok, Jakarta, memiliki sejarah sangat panjang sebagai salah satu pusat perdagangan di ibu kota.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News