People Power
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Alih-alih takut, rakyat malah menjadi sangat berani dan berduyun-duyun dalam jumlah ratusan ribu turun ke EDSA untuk memprotes Marcos.
Rakyat Iran yang mayoritas bermazhab Syiah mendapatkan kekuatan semangat perlawanan oleh kepemimpinan Khomeini yang sekaligus menjadi pemimpin gerakan politik.
Rakyat Filipina yang mayoritas Katolik mendapatkan kekuatan spiritual dari Kardinal Sin, pemimpin Katolik tertinggi Filipina. Restu dan dukungan Kardinal Sin terhadap gerakan rakyat Filipina menjadi kunci utama kejatuhan Marcos.
Kunci lainnya adalah kekuatan militer Filipina yang dipimpin oleh Jenderal Fidel Ramos, yang ketika itu juga mendukung gerakan rakyat setelah melihat gelombang yang tidak terbendung lagi. Dua kunci kekuatan ini, agama dan militer, menjadi kunci utama kejatuhan Marcos.
Revolusi Iran jauh lebih berdarah dan keras dibanding Filipina. Ratusan orang meninggal akibat kekejaman polisi rahasia Savak.
Tidak diketahui jumlah korban yang sesungguhnya karena Savak melakukan penculikan dan pembunuhan diam-diam.
Revolusi Iran dicatat sebagai salah satu revolusi terbesar dalam sejarah dunia dan bahkan disejajarkan dengan Revolusi Prancis pada 1789 dan Revolusi Bolsevik di Rusia pada 1917.
Gerakan rakyat di Indonesia berada di tengah-tengah antara Iran dan Filipina. Karena itu pula gerakan rakyat di Indonesia disebut sebagai reformasi, bukan revolusi.
Akankah muncul kembali bibit gerakan people power jilid kedua? Kita tunggu saja.
- Polisi Ungkap 6 Tersangka di Balik Kerusuhan May Day Semarang
- Polisi Amankan Pedemo Perusak Mobil Polisi saat May Day di Bandung
- Kecam Aksi Pedemo Sandera Polisi Saat May Day, IPW: Seharusnya Diusir bukan Disandera
- Hati-Hati! Aksi Sandera Aparat di Jateng Bisa Kena Pidana
- May Day Tanpa Demo, Pekerja Sambu Group Tanam 1.001 Mangrove di Inhil
- Pimpinan Komisi III Minta Polisi Tindak Perusuh Saat May Day di Semarang