People Power
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Dalam pemilihan umum Senin (9/5) lalu anak-anak muda Filipina dengan penuh semangat memilih Ferdinand Marcos Junior dalam pemilihan presiden yang membuat Marcos Junior unggul dua kali lipat dari para pesaingnya.
Marcos Junior yang dikenal sebagai Bongbong ialah anak kandung Ferdinand Marcos Senior yang 36 tahun sebelumnya dijatuhkan oleh gelombang People Power.
Dalam kurun waktu 36 tahun rakyat Filipina lupa akan semua penderitaan dan kekerasan selama kepemimpinan diktatorial Marcos.
Kampanye melalui media sosial yang masif akhirnya berhasil menyihir pemilih milenial untuk memilih Bongbong Marcos.
Para pemilih milenial itu tidak merasakan kondisi otoriter di bawah bapaknya Bongbong, dan mereka dengan senang hati memilih sang junior.
Adakah paralelnya dengan Indonesia? Keturunan Seoharto belum muncul ke panggung kepemimpinan nasional. Tommy Soeharto yang mencoba muncul di panggung politik terlihat canggung dan setengah hati.
Prabowo Subianto, mantan menantu Soeharto, juga dikait-kaitkan dengan comeback-nya dinasti Soeharto. Masih harus dilihat apakah Prabowo akan maju lagi dan sukses pada pemilihan presiden 2024, dan harus dilihat bagaimana Prabowo merespons tudingan politik dinasti.
Kepemimpinan Jokowi yang populis justru oleh sementara kalangan disebut-sebut ada kemiripan dengan rezim Soeharto.
Akankah muncul kembali bibit gerakan people power jilid kedua? Kita tunggu saja.
- Mahasiswa Merusuh saat May Day, Buruh Demak Dukung Polisi Bertindak
- Kelompok Anarko Dalang Kerusuhan Hari Buruh di Semarang, 6 Mahasiswa Jadi Tersangka
- Tersangka Kerusuhan May Day Semarang Terancam 7 Tahun Penjara
- Polisi Ungkap 6 Tersangka di Balik Kerusuhan May Day Semarang
- Polisi Amankan Pedemo Perusak Mobil Polisi saat May Day di Bandung
- Kecam Aksi Pedemo Sandera Polisi Saat May Day, IPW: Seharusnya Diusir bukan Disandera