Permohonan PK JPU untuk Djoko Tjandra Dinilai Cacat Hukum

Permohonan PK JPU untuk Djoko Tjandra Dinilai Cacat Hukum
Terdakwa dalam kasus Bank Bali, Djoko Tjandra bersiap meninggalkan ruang sidang Pengadilan negeri Jakarta Selatan tahun 2000 silam. Foto: Antara/Str/Irham/aa

Amar putusan PK itu sendiri berbunyi mengabulkan permohonan PK oleh JPU pada Kejaksaan Negeri Jakarta.

Bunyi amar juga menyebutkan bahwa PK membatalkan putusan Mahkamah Agung RI no. 1688 K/Pid/2000 tanggal 28 Juni 2001 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 156/Pid.B/2000/ PN.Jak.Sel. tangggal 28 Agustus 2000.

Putusan Mahkamah Agung telah bertentangan dengan Pasal 266 ayat (3) KUHAP yang berbunyi "Pidana yang dijatuhkan dalam putusan PK tidak boleh melebihi pidana yang telah dijatuhkan dalam putusan semula”.

Dalam putusan kasasi yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, terdakwa JST dilepas dari segala tuntutan hukum (onstlag van rechtsvervolging). Sementara itu, dalam putusan PK dengan terdakwa JST dihukum pidana penjara selama dua tahun.

BACA JUGA: Tiga Penipu Berseragam Pegawai BPN Tertangkap Setelah Dijebak Korban, Begini Kronologinya

Hal ini menandakan bahwa putusan PK yang diajukan oleh JPU melebihi pidana yang telah dijatuhkan dalam putusan semula, dan dengan demikian Putusan PK no. 12 PK/Pid.Sus/2009 tanggal 11 Juni 2009 melanggar Pasal 266 ayat (3) KUHAP. (mg10/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

Praktisi hukum Universitas Al-Azhar Indonesia Suparji Ahmad menilai cacat hukum upaya Peninjauan Kembali (PK) oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas kasus hak tagih Bank Bali dengan terdakwa Djoko Tjandra. Kenapa itu bisa terjadi? Berikut penjelasan Suparji.


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News