Petinggi Timses Nyanyi ke FBI, Trump Buru-Buru Cuci Tangan

Petinggi Timses Nyanyi ke FBI, Trump Buru-Buru Cuci Tangan
Presiden Amerika Donald Trump. Foto: AFP

Kendati namanya tidak sepopuler Manafort atau Michael Flynn dan Jared Kushner, peran Papadopolous ternyata sangat penting. Pria 30 tahun itu merupakan penasihat kebijakan tim kampanye Trump pada 2016.

Dia pula yang pernah berusaha mempertemukan Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada masa kampanye pilpres AS, sedikitnya tujuh kali dia mengupayakan pertemuan itu lewat surat elektronik.

Namun, ketika itu, Manafort yang menjadi ketua tim sukses Trump mencegah Papadopolous mewujudkan pertemuan tersebut. Trump, menurut Manafort, tidak perlu terbang ke Rusia untuk bertemu dengan Putin.

’’Agar tidak mencolok, kita kirim utusan yang tidak terlalu dikenal publik saja ke sana (Rusia),’’ saran Manafort waktu itu sebagaimana dipaparkan Papadopolous dalam interogasi FBI.

Pada April lalu, sebelum publik mengetahui bahwa data Komite Nasional Demokratik dan John Podesta diretas, Papadopolous mendapatkan informasi soal ’’rahasia’’ Hillary Clinton.

Rusia, lewat seseorang yang disebut profesor, menawarkan rahasia tersebut kepada tim kampanye Trump. Si profesor yakin rahasia yang berisi informasi negatif Hillary tersebut membuat Trump menang dalam pilpres.

Rahasia itu, menurut Papadopolous, berbentuk surat elektronik. Jumlahnya ribuan. Sebagai salah seorang arsitek yang sedang merancang kemenangan Trump, Papadopolous jelas tertarik.

Maka, dia pun lantas berinteraksi dengan Rusia. Pengakuan itu baru disampaikan di hadapan tim FBI pada 5 Oktober. Sebelumnya, tokoh yang diamankan di Bandara Dulles pada 27 Juli itu selalu membantah terlibat.

Penyerahan diri Manafort dan Gates ke FBI membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin waspada

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News