Pilot Indonesia di Maskapai Kroni Pemimpin Junta Militer Myanmar

Gaji Empat Kali Lipat, Sering Dicarter Para Jenderal

Pilot Indonesia di Maskapai Kroni Pemimpin Junta Militer Myanmar
Pilot Indonesia di Maskapai Kroni Pemimpin Junta Militer Myanmar

Ternyata, di maskapai yang penuh kontroversi itu terdapat tiga pilot dari Indonesia. Mereka adalah Abubakar Sidik, Sri Purwanto, dan Slamet Riyadi. Secara kebetulan, Jawa Pos bertemu dengan salah seorang di antara tiga pilot itu, Abubakar Sidik, setelah salat Idul Adha di Indonesian International School Yangon.

Abubakar adalah lulusan sekolah penerbangan Merpati Airlines pada 1993. Dia pernah bekerja di maskapai nasional itu. Pada 2005, Abubakar meninggalkan Merpati. Saat itu, tutur Abubakar, dirinya dan istri punya angan-angan naik haji. Menghitung pendapatan di Merpati, dia menyimpulkan butuh waktu yang sangat lama untuk mewujudkan impian berhaji tersebut. "Karena itu, saya berusaha mencari peluang di maskapai asing," ungkap pria kelahiran 4 Oktober 1969 tersebut.

Pun, menjelang pertengahan 2005, melalui perantara agen Abubakar bergabung dengan maskapai Nepal, Cormic Air. Namun, di Nepal Abubakar tidak lama. Saat itu sebuah agen memberitahukan ada maskapai baru di Myanmar, Air Bagan, yang membutuhkan banyak pilot. Kala itu belum banyak orang Myanmar yang bisa menerbangkan pesawat. Karena itu, Air Bagan mencari pilot asing. Tawarannya cukup menggiurkan. "Akhirnya, saya coba mengajukan aplikasi ke Air Bagan," ucap suami Heni Handayani tersebut.

Sejak Juli 2005, Abubakar resmi bergabung dengan Air Bagan. Di tempat baru itu, semua dijamin. Mulai apartemen, perabot lengkap, hingga kendaraan. Gaji yang diterima di Air Bagan, menurut Abubakar, empat kali lipat gaji yang diterima saat bekerja di Merpati.

Di Myanmar, ada satu maskapai penerbangan yang kerap menjadi rasan-rasan rakyatnya. Yakni, Air Bagan. Pemiliknya, Tay Za, merupakan menantu kesayangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News