PKB Ingatkan Pemerintah Jangan Lupa Sama Pondok Pesantren di Era New Normal

PKB Ingatkan Pemerintah Jangan Lupa Sama Pondok Pesantren di Era New Normal
Yusuf Chudlori alias Gus Yusuf. Foto: Wisnu Adhi/Antara

Namun di sisi lain, ujar Gus Yusuf, para kiai juga memandang persoalan dengan sangat bijak.

Para kiai tidak ingin pesantren menjadi klaster baru Covid-19. Terlebih kebijakan pemerintah belum memperbolehkan adanya kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan.

Tercatat lebih dari 28.000 pesantren dengan 18 juta santri dan 1,5 juta pengajar serta jutaan masyarakat sekitar pesantren yang menggantungkan kehidupan ekonominya pada pesantren.

“Kondisi ini harus segera diantisipasi, ditangani dan dicarikan solusi oleh pemerintah pusat hingga daerah agar pesantren tidak mengalami kegamangan. Jika dibiarkan tanpa ada intervensi dan bantuan kongkrit dari pemerintah, pesantren dengan potensi sedemikian luar biasanya bagi perkembangan bangsa, bisa menjadi problem besar bagi bangsa ini,” tegasnya.

Atas dasar itu, lanjut Gus Yusuf, kesiapan pesantren menjalankan New Normal harus betul-betul menjadi perhatian pemerintah karena sebagian besar kondisi sarana dan prasarana pesantren belum memenuhi standar protokol kesehatan memutus Covid-19.

Kebutuhan sarana prasarana itu meliputi, Pusat Kesehatan Pesantren (Puskestren) beserta tenaga dan alat medis. MCK standar protokol Covid -19, wastafel portabel dan penyemprotan disinfektan.

"Termasuk APD, alat rapid test, hand sanitizer, dan masker. Kebutuhan penambahan lokal, ruang karantina, isolasi mandiri, ruang asrama, dan ruang kelas," terangnya.

Menurut Gus Yusuf, pemerintah perlu memfasilitasi rapid test dan swab test massal untuk seluruh kiai dan santri pesantren sebagai penanda dimulai kegiatan belajar di pesantren.

Kesiapan pondok pesantren menjalankan New Normal harus menjadi perhatian karena sebagian besar ponpes belum memenuhi standar protokol kesehatan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News