PKS Yakin Masih Dipilih Publik

PKS Yakin Masih Dipilih Publik
PKS Yakin Masih Dipilih Publik

Namun, Romi menilai masih ada tantangan atas posisi parpol agamis. Ini karena, parpol agamis yang tidak memiliki modal politik tinggi, akan sulit bersaing dengan sejumlah parpol nasionalis yang memiliki hubungan dengan media tv.

"83 persen masyarakat tidak melihat iklan, tapi melihat berita politik dari tv," ujarnya.

Namun, Romi dalam hal ini juga tidak terlalu khawatir. Karena meski gencar beriklan, ada juga fakta bahwa parpol tidak mampu meraih suara yang signifikan.

"Merujuk pada cara Obama, untuk maju sbg capres Demokrat, butuh 8 triliun. Yang dibutuhkan adalah PR company hebat berpadu figur hebat, ujarnya mengingatkan.

Media, lanjut Romi, memiliki pengaruh kuat dalam merubah persepsi publik. Dirinya menilai harus ada mekanisme yang tegas untuk mengatur netralitas media dalam kampanye politik parpol. "Karena itu, media jangan dijadikan politisasi," tandasnya.

Pengamat politik Heri Budianto menilai, fenomena parpol nasionalis yang mampu menguasai tiga besar survei, bukan hal yang mengagetkan. Menurut Heri, sudah saatnya semua parpol memanfaatkan semua potensi untuk bisa berkomunikasi dengan pemilih.
   
"Pemahaman politik anak muda saat ini berdasarkan media," ujarnya memberi contoh.

Heri menilai, kondisi saat ini memaksa parpol agamis melakukan upaya yang lebih kuat, untuk bisa meraih simpati publik. Salah satunya, sebaiknya parpol agamis bersatu. Karena jika bertarung sendiri-sendiri, hal itu akan memberatkan parpol agamis.

"Sistem politik menunjukkan ada pergeseran sikap pemilih. Muncul pragmatisme, instanisme, ini yang harus dicermati," tandasnya. (bay)

JAKARTA - Berbagai survei publik tidak pernah menempatkan parpol dengan ideologi agamis untuk bisa bersaing dengan parpol nasionalis.  Meski


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News