Posisi Rusia Terancam di UNHCR, Tanda Kekalahan?

Posisi Rusia Terancam di UNHCR, Tanda Kekalahan?
Mayat korban kekejaman tentara Rusia bergelimpangan di jalanan Kota Bucha yang berhasil direbut pasukan Ukraina kemarin, Sabtu (2/4). Wali Kota setempat mengatakan 300 warganya telah tewas akibat invasi Rusia. Akibat kekejaman itu, keanggotaan Rusia dalam UNHCR ditangguhkan. Foto: RONALDO SCHEMIDT / AFP

IRO saat itu menolak repatriasi tersebut karena berniat memukimkan kembali para pengungsi.

Sebagaimana diketahui, repatriasi adalah kembalinya warga negara dari negara asing menuju asal kewarganegaraannya.

Saat itu, lanjut Algooth, para pengungsi kabur ke Eropa Barat karena tekanan ideologi komunis yang dianut Blok Timur.

UNHCR mengaku telah menghadapi banyak tantangan dalam menyusun program di kawasan, khususnya wilayah Federasi Rusia yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Sebab, ideologi komunis berusaha memaksakan seluruh etnis di wilayah tersebut menjadi satu bangsa tanpa kelas sejak masa Soviet.

Akibatnya, banyak pemaksaan pemindahan dan percampuran orang demi tujuan utopis komunis tersebut.

Dengan begitu, puluhan juta individu di wilayah Uni Soviet dipindahkan atas perintah pemimpin mereka, Joseph Stalin, pada 1930 sampai 1940.

"Saya mencontohkan ribuan umat Muslim dari etnis Tartar dan Georgia Selatan dipaksa keluar dari Crimea ke Asia Tengah. Mereka hidup sangat miskin hingga banyak yang mati kelaparan. Ketika pulang ke Ukraina, mereka masih dipersekusi sebagai penghianat ideologi komunis," tutur Algooth.

Mayoritas negara di dunia mendukung penangguhan keanggotaan Rusia dari UNHCR setelah terjadi pembantaian warga sipil di Bucha, Ukraina

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News