Posisi Rusia Terancam di UNHCR, Tanda Kekalahan?

Posisi Rusia Terancam di UNHCR, Tanda Kekalahan?
Mayat korban kekejaman tentara Rusia bergelimpangan di jalanan Kota Bucha yang berhasil direbut pasukan Ukraina kemarin, Sabtu (2/4). Wali Kota setempat mengatakan 300 warganya telah tewas akibat invasi Rusia. Akibat kekejaman itu, keanggotaan Rusia dalam UNHCR ditangguhkan. Foto: RONALDO SCHEMIDT / AFP

Stalin yang telah meninggal meneruskan ide dan mimpi-mimpinya sehingga menyisakan konflik yang seharusnya bisa diselesaikan secara alami oleh setiap kelompok yang terlibat.

Uni Soviet mengalami kemunduran pada 1988 dan memunculkan konflik antara Armenia dan Azerbaijan yang memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.

Menjelang keruntuhan Uni Soviet, sedikitnya 54 hingga 65 juta orang atau kira-kira seperlima dari populasi Soviet terpaksa hidup di luar wilayah mereka.

Pada September 1990, Uni Soviet mengirim delegasi pengamat ke Pertemuan Komite Eksekutif tahunan UNHCR di Jenewa.

Dalam pertemuan itu, Soviet ingin meratifikasi Konvensi Pengungsi PBB 1951 dan mempersiapkan undang-undang untuk mendukung peraturan tersebut.

Integrasi Rusia ke UNHCR terhitung kurang lancar karena wilayah bekas pecahan Uni Soviet terus bergolak akibat konflik antaretnis.

Pergolakan juga terjadi karena konflik keamanan dalam negeri Federasi Rusia yang mengakibatkan pengungsi-pengungsi baru. (mcr9/jpnn)


Mayoritas negara di dunia mendukung penangguhan keanggotaan Rusia dari UNHCR setelah terjadi pembantaian warga sipil di Bucha, Ukraina


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Dea Hardianingsih, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News