Radikal LaVani

Oleh Dahlan Iskan

 Radikal LaVani
Dahlan Iskan dan Presiden Keenam RI Sudilo Bambang Yudhoyono. Foto: disway.id

Saya ingin tahu cerita panjangnya. Siapa yang berinisiatif untuk berhenti. Meski tidak untuk saya tulis.

Termasuk saya tanyakan juga: mengapa Mas Agus itu tidak langsung saja jadi ketua umum Partai Demokrat. Toh sudah nekat hanya akan terjun ke politik.

Tentu saya juga bertanya soal mengapa tidak jadi gabung ke koalisi. Cerita panjangnya seperti apa.

Pokoknya apa saja saya tanyakan. Termasuk yang agak sensitif: mengapa Ibu Megawati Soekarnoputri masih belum bisa menerima penggabungannya. Terutama apakah betul begitu.

Hanya satu yang saya tidak berani menanyakan: mengapa berat badannya tidak turun-turun. Saya khawatir pertanyaan seperti itu hanya akan menambah kesedihan beliau.

Dan lagi, berat badan saya sendiri kini naik 3 kg. Gara-gara 12 hari di Xinjiang. Lemak dari kambing pantat besar di sana ada yang ikut ke darah saya.

Satu jam sudah kami berbincang. Tiba-tiba ada suara anak kecil. Sendirian. Dari arah dalam. Lari-lari. Mendekat ke arah Pak SBY.

Anak kecil itu termangu melihat saya. Lalu menempel ke pangkuan beliau. Sambil seperti mau mengambil kue di depan saya.

Saya melihat Pak SBY masih begitu sedih. Wajahnya masih penuh duka. Pun setelah lima bulan berlalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News