Reuni

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Reuni
Sejumlah massa mengikuti aksi Reuni 212, Jakarta, Kamis (2/12). Massa aksi membubarkan diri dengan damai pada pukul 11.00 WIB. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sebagai produk politik yang kompromistis Pancasila harus menjadi milik semua. Tidak boleh ada monopoli terhadap Pancasila, dan tidak boleh ada monopoli tafsir terhadap Pancasila. Semua kekuatan majemuk yang ada harus diberi kesempatan yang sama untuk mengekspresikan aspirasi politiknya dalam kerangka Pancasila.

Saat ini yang terjadi adalah berlangsungnya ‘’the logic of accumulation and exclusion’’ terhadap Pancasila dan tafsirnya. Ada kelompok yang merasa paling berhak terhadap Pancasila dan mendaku tafsirnya terhadap Pancasila sebagai yang paling sahih.

Siapa yang setuju terhadap tafsir itu akan menjadi bagian dari akumulasi kekuasaan, dan siapa yang tidak setuju dengan tafsir itu akan mengalami eksklusi dan pengucilan.

Tafsir terhadap Pancasila tidak pernah tunggal. Justru keberagaman tafsir terhadap Pancasila itulah yang menjadi kekuatan khas Pancasila, yang menghargai dan menghormati keberagamaan dan kebhinekaan dalam ketunggalan.

Bangsa Indonesia yang sangat majemuk membutuhkan dasar negara yang bisa menampung kemajemukan itu. Membunuh kemajemukan tafsir terhadap Pancasila sama saja dengan membunuh kemajemukan Indonesia, yang berarti mengingkari nilai paling dasar dari Pancasila.

Ada upaya besar yang sekarang berlangsung untuk memonopoli Pancasila dan tafsirnya secara membabi buta. Pancasila ditafsirkan sebagai dasar negara yang sekuler yang memisahkan agama dari negara.

Lima sila Pancasila lalu diperas menjadi trisila atau tiga sila, lalu diperas lagi menjadi satu sila atau eka sila. Sila tunggal sudah pernah dipaksakan oleh Soeharto melalui azas tunggal yang akhirnya gagal. Sekarang upaya tunggalisasi dilakukan lagi dengan cara yang hampir sama dengan cara-cara Soeharto.

Inti Pancasila pada sila pertama mengenai ketuhanan hilang akibat perasan tunggal itu. Azas ketuhanan harusnya menjadi spirit bagi empat sila lainnya. Azas ketuhanan adalah azas yang bersifat transenden, yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang berketuhanan dan bukan negara sekuler.

Jumlah peserta Reuni 212 yang datang tidak akan pernah bisa dikonfirmasi karena masing-masing pihak punya versi masing-masing.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News