Rupiah Kembali Melemah

Rupiah Kembali Melemah
Rupiah Kembali Melemah

Sementara itu, ekonom senior Raden Pardede menilai, dalam kondisi seperti ini, BI Rate memang menjadi cara instan untuk mencegah kaburnya dana-dana asing. Tapi, mengapa setelah BI Rate dinaikkan, Rupiah tetap melemah? "Karena kenaikannya kurang," katanya usai seminar ekonomi di Paramadina Public Policy Instute (PPPI) kemarin.

Menurut Raden, di pasar keuangan internasional, yield atau imbal hasil obligasi di AS diproyeksi akan naik dari level 1,7 persen ke kisaran 5 persen, atau naik 3,3 persen. Sementara BI Rate baru naik 1,25 persen dari 5,75 persen ke 7,00 persen. Sedangkan suku bunga obligasi jangka panjang di Indonesia sudah naik sekitar 3,5 persen. "Saya kira, pasar menilai kenaikan BI Rate 1,25 persen masih kurang, mereka ingin setidaknya (naik) 3 persen," jelasnya.

Lalu, apa yang bisa dilakukan dalam jangka pendek untuk meredam pelemahan Rupiah? Selain BI rate, lanjut dia, BI dan pemerintah harus mengaktifkan penarikan stand by loan (pinjaman siaga) dari negara atau lembaga keuangan internasional.

Raden menyebut, bilateral swap yang dilakukan BI dengan Jepang dengan menarik dana USD 12 miliar sudah tepat, namun masih dirasa kurang. Menurut dia, Indonesia harus memanfaatkan stand by loan lainnya, baik dari Tiongkok, Chiang Mai Initiative, maupun IMF.

"Setidaknya, Indonesia harus menarik dana USD 30 miliar untuk menambal defisit current account yang besarnya saya kira juga di kisaran USD 30 miliar," terangnya. (owi)


JAKARTA - Tekanan terhadap Rupiah seakan datang bergelombang. Setelah pekan lalu sempat mereda, kemarin rupiah kembali terpelanting dihajar dolar


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News