Sahabat D-dimer

Oleh: Dahlan Iskan

Sahabat D-dimer
Dahlan Iskan dan istri di Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: disway.id

Saya pun sadar: berarti ini sangat berbahaya. Begitu banyak orang meninggal karena happy hypoxia –tidak dicatat meninggal akibat Covid.

Padahal, penyebab tingginya angka D-dimer itu adalah Covid-19.

Saya sudah lama dinyatakan sembuh. Sudah negatif Covid-19. Angka antibodi saya juga sudah tinggi: di atas 200 –waktu meninggalkan rumah sakit dulu.

Hidup saya juga baik-baik saja. Tidak ada keluhan apa pun. Olahraga tiap hari –satu jam nonstop. Naik bus Surabaya–Jakarta pergi pulang. Setir mobil sendiri ke Jakarta tiga kali.

Saya happy-happy saja. Itulah happy hypoxia.

Berbagai upaya menurunkan D-dimer dilakukan dokter. Sejak di RS dulu. Gagal. Saya sendiri juga mengupayakannya. Dengan berbagai cara.
Waktu di RS, pertengahan Januari lalu, dokter memberi saya obat. Berupa tablet. Tidak berhasil.

Lalu ganti suntikan. Di perut. Sehari dua kali. Dengan suntikan Heparin. Kulit perut saya sampai hitam-hitam memar.

Berhasil. Turun. Sedikit. Lalu, tidak bisa turun lagi. Dihentikan. Saya tidak bertanya mengapa suntikan di perut itu dihentikan. Padahal, baru lima hari.

Saya sudah sembuh dari Covid. Ternyata belum. Itulah yang disebut long Covid, ujar seorang dokter. Biasa juga disebut happy hypoxia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News