'Saya dan Keluarga Menyadari Pekerjaan di KPK'

'Saya dan Keluarga Menyadari Pekerjaan di KPK'
Ilustrasi KPK. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - TIDAK mudah untuk bisa wawancara istri Chandra  M. Hamzah, Isma Mustika. Butuh waktu tiga hari untuk melunakkan hati ibu satu anak ini agar bisa menerima wawancara. Bagaimana perasaan setelah M. Nazaruddin ditangkap?


Pagi itu, tepatnya Jumat (12/8), pukul 07.30 WIB, tampak seorang pembantu rumah tangga membuka pintu pagar rumah bertingkat dua di komplek Garuda, Manggarai Selatan, Tebet, Jakarta Selatan. Setelah itu, keluar mobil Isuzu Panther Touring yang dikendarai seorang wanita yang kemudian dikenal adalah istri Wakil Ketua KPK, Chandra M Hamzah.

Wanita bertinggi badan ideal dengan rambut pendek sebatas leher itu, rupanya mengeluarkan mobil untuk diparkir di tepi jalan, persis di depan rumahnya. Tanpa menoleh, apalagi menyapa, begitu turun dari mobil dia langsung masuk ke dalam menuju mobil Kijang Inova yang berada di dalam bagasi. Itu terlihat setelah pembantunya lebih dulu membuka pintu garasi, lantas menemani anak perempuannya masuk ke dalam mobil itu.

“Selamat pagi bu!” wanita langsing setinggi 160-an cm itu membalik badan.  Setelah mendapat perkenalan diri, perempuan yang mengenakan kemeja tangan panjang bermotif kotak-kotak warna merah dipadu dengan celana panjang bahan warna biru itu tersenyum tipis. “Maaf, saya no comment,ya?” ujar perempuan bernama Isma Mustika itu.

“Tapi bagaimana perasaan ibu setelah mendengar bapak kembali tersandung kasus, seperti yang dituduhkan Nazaruddin. Apalagi sekarang Nazaruddin sedang dalam proses kepulangannya ke tanah air?” usai ditanya demikian, wajah Isma kelihatan serius dan sedikit tegang.

“Sebagai istri, saya pastilah memberi dukungan pada suami, ya? Kami menyerahkan semuanya kepada bapak (Chandra M Hamzah, red) dan sama yang di Atas (Allah SWT, red). Karena memang saya pun tidak banyak tahu soal kasus-kasus yang dituduhkan kepada bapak. Selain itu, saya pun terus berdoa, semoga bapak bisa keluar dari masalah dan masalahnya selesai,” ungkap Isma serius.

Setelah itu, Isma pun kelihatan seperti orang sedang galau bercampur kesal. “Kasus ini macam-macam. Apa sih maunya dengan membawa-bawa nama bapak. Padahal bapak betul-betul bekerja untuk pemberantasan korupsi. Maka itu, saya terus memberi dukungan supaya maju terus. Saya bilang, kalau maju terus di jalan yang benar. Insya Allah, Allah akan melindungi dan memberi keselamatan,” puji Isma dalam nada bicara yang selalu tegas dan tandas.

Tapi dia tidak percaya tuduhan Nazaruddin itu. Dia mengklaim sebagai istri tentu yang paling tahu dan paling kenal suaminya. “Bapak tidak pernah macam-macam. Saya tahu karena saya yang menikmati hasil jerih payah kerja bapak. Saya percaya sama bapak,” ulangnya.

Soal kemungkinan keluarga dan mertuanya ikut menanyakan soal tuduhan Nazaruddin itu, awalnya Isma kembali mengatakan, no comment. Tapi kemudian dia mengaku semua keluarganya pun sepakat selama ini percaya dengan kinerja Chandra M Hamzah yang bersih. “Keluarga pun percaya, tidak ada yang negatif dilakukan bapak. Karena itu, semua keluarga ikut membantu memberi dukungan semangat dengan ibadah,” katanya.

Sejak masuk KPK, tambah Isma, saya dan semua keluarga besar kami sudah sadar kerja di KPK penuh risiko ancaman dan tuduhan negatif. 

Hari begini, lanjut Isma, penjahat koruptornya bertambah banyak dan kian berani. Sementara yang memberantas jumlah masih itu-itu saja. “Niat hati kecil bapak waktu masuk KPK tidak sekadar untuk bekerja, tapi tulus memberantas korupsi. Karena itu, sudah dua kali terkena musibah tuduhan negatif, tapi terbukti Allah berpihak pada kebenaran,” ujar Isma yang berkali-kali meminta mengulang pertanyaan yang dianggapnya tidak jelas.

Seperti saat ditanya soal bentuk dukungan atau spiritnya dengan tidak mau menanyakan persoalan Chandra M Hamzah di kantor.  Isma menanyakan maksudnya lebih dulu. Ketika dijelaskan, baru Isma mengatakan, suaminya memang hampir tidak pernah membawa persoalan di kantor ke rumah. Tapi Chandra, kata dia, tidak menolak untuk berdiskusi atas persoalan yang dihadapinya.

“Memang bapak tidak suka bawa masalah pulang. Tapi kalau perlu didiskusikan, kami akan berdiskusi masalah yang dihadapi. Sepahit apapun masalah yang menimpa. Sudah ya? Kesiangan nih,” pungkasnya sambil masuk ke mobil dengan buru-buru. Karena memang anaknya pun sudah kelihatan gelisah dengan memanggil-manggilnya.

Selama wawancara berlangsung, sebenarnya Chandra M Hamzah berada di dalam rumah, sedang tidur. Ini sesuai dengan pengakuan beberapa pembantu tetangganya. Menurut mereka, Chandra selalu pulang menjelang tengah malam dan baru pergi keluar rumah, menjelang siang atau sekitar pukul 10.00 WIB.

Karena itu, Chandra lebih memilih pakai supir ketimbang membawa mobil sendiri. Ini berbeda dengan istri yang mengantar anaknya sekolah menyetir sendiri setiap hari. Masih menurut pembantu rumah tetangga, Isma pun tidak menentu waktu pulangnya. Bisa siang, atau malam bahkan kadang tidak pulang. Sepengetahuan mereka, sepulang sekolah anaknya, Isma mengajak anaknya ke rumah mertua atau acara keluarga lain.

“Saya tidak memperhatikan, tapi sepengetahuan saya sering begitu pulangnya. Soalnya, pembantunya pun tidak menginap. Datang pagi, siang atau sesudah pekerjaan beres, langsung pulang,” ujar perempuan setengah baya yang tidak mau menyebutkan namanya.

Chandra M Hamzah sendiri memang masih sulit ditemui. Dalam beberapa kesempatan ketemu, Chandra hanya merespon dengan senyuman sambil langsung masuk ke dalam mobil untuk pergi entah ke mana. SMS tidak dibalas, apalagi telepon tak pernah diangkat.

Sebenarnya ini sama dengan kasus pertama yang menimpanya. Setelah berakhir dengan keputusan deponeering atau kasusnya dianggap sudah selesai oleh Kejaksaan Agung (Kejagung), Chandra yang ikut tersandung kasus pemerasan terhadap terdakwa tindak pidana korupsi Anggodo Widjojo bersama pimpinan KPK lain, Samad Bibit Riyanto, baru mau menerima wawancara eksklusif INDOPOS (Grup JPNN) di ruang kerjanya gedung KPK.

“Dampak kasus yang saya alami pasti ada pada keluarga. Tapi yang saya siapkan bukan jawaban untuk hari ini, tapi untuk ke depan. Apalagi anak saya (Jihaan Nazira Hamzah, red) masih kecil usianya,” katanya.

Nanti, tambah Chandra, akan bertanya suatu waktu atau ketika dia mulai mengerti dan banyak bergaul. Pastilah nanti dia dapat informasi dari lingkungan tentang kasus yang menimpa orangtuanya. Makanya, saya sekarang tengah menyiapkan jawabannya. Apalagi kasus ini baru saja usai,” ulas Chandra M Hamzah, beberapa waktu lau.

Keputusan itu bisa jadi karena memang sudah jadi pengalamannya. Ketika dirinya sempat mendekam di penjara Markas Brimob, Depok, anak dan istri beserta keluarga besar baik orangtua maupun mertuanya, kelihatan jelas anaknya belum mengerti apa pun. ”Waktu itu, anak saya bertanya, Bapak lagi ngapain di sini? Chandra pun menjawab dengan polos bahwa dirinya sedang bekerja.

”Informasi ini pasti akan diterima Jihaan. Sadar selaku anak akan bertanya pada sumbernya, maka saya pun merasa perlu menyiapkan jawabannya. Karena memang tidak cukup mudah untuk menjawab,” papar anak anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Djamhir Hamzah dengan Kamsidar  itu.

Pria kelahiran  25 Februari 1967 silam itu mengaku beruntung punya keluarga besar yang mau mengerti. Karena itu, keluarganya justru membantu suport dengan keyakinan apa yang dituduhkan pada diri Chandra sebagai pemeras tidak benar. ”Memang kenyatannya pun tidak ada pilihan selain harus menghadapi semua ini.

Makanya harus kuat-kuat mental. Ayah saya (Djamhir Hamzah, red) meminta saya malah harus kuat dan jalani terus sepanjang yang dituduhkan tidak benar,” ujarnya.

”Ayah saya kan (diam sebentar, red) katakanlah mantan pengacara. Jadi ayah saya bilang, kalau memang apa yang dituduhkan tidak benar, hadapilah. Artinya, bukan soal saya harus mengalah atas tuduhan kasus ini,” pungkasnya. (ers)

TIDAK mudah untuk bisa wawancara istri Chandra  M. Hamzah, Isma Mustika. Butuh waktu tiga hari untuk melunakkan hati ibu satu anak ini agar


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News