Semua Anak Panah Gibran

Oleh Dahlan Iskan

Semua Anak Panah Gibran
Dahlan Iskan di Lebanon. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Khalil Gibran membawa ketenangan.

Tapi tidak ada kendaraan umum menuju Bhasarre. Saya sewa mobil. Dengan sopirnya. Yang juga belum pernah ke sana.

Inilah pertama kali saya ke luar kota. ‘Kota’ yang saya maksud adalah Beirut. Satu-satunya kota besar di Lebanon. Yang begitu besarnya.

Saya ke arah utara. Menyusuri pantai. Tidak putus-putusnya rumah. Dan rumah. Di sisi pantainya. Di sisi gunungnya.

Saya lewati daerah Harissa. Saya tengok lautnya. Saya longok gunungnya. Saya amati lalu-lalang cable car-nya. Yang menuju puncak Harissa. Yang ada patung Bunda Marianya. Yang di dunia ini tertinggi letaknya.

Tapi saya sudah ke patung Yesus Memberkati. Di puncak gunung Rio de Jaenero. Di Brazil.

Hati saya kan di Khalil Gibran.

Saya ingin cepat sampai di Bhassare. Meski harus mampir dulu ke hutan pohon cedar. Pohon langka. Yang ada di tengah-tengah bendera Lebanon itu.

“Pohon ini sudah berumur 5.000 tahun,” ujar pemilik restoran yang menempel di pohon itu. Dalam bahasa Arab. Beragama Kristen Maronite.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News