Serbabersama

Serbabersama
Budi Gunadi Sadikin. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sang presiden lantas menelepon Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Wajah sang menteri, yang lagi menerima telepon, ada di layar dekat presiden.

Presiden tidak marah-marah. Tidak menegur. Tidak mengeluarkan kalimat bernada tinggi. Presiden hanya memberitahukan apa yang dilakukan di apotek barusan.

Tidak ada juga petunjuk dari presiden harus bagaimana dan harus melakukan apa. Pun, presiden tidak memberikan target: apa yang harus dilakukan dan kapan harus diselesaikan.

Presiden hanya memberitahukan apa yang beliau lakukan dan beliau lihat.

Tanpa ”diberi tahu” presiden pun, Budi Sadikin sudah tahu. Semua jenis media mempersoalkannya sejak sebulan sebelumnya.

Melihat adegan itu –agak telat– perasaan saya campur aduk. Saya pernah menjadi bawahan seperti itu. Namun, saya belum pernah merasakan suasana seperti itu.

Ups... mungkin pernah. Ketika menjadi bawahan yang sangat bawah dulu. Di masa muda. Dipermalukannya pun sebatas sebagai bawahan yang bawah. Sakitnya terbatas.

Namun, ketika bawahan itu seorang menteri, posisi bawahan tersebut sangat tinggi. Ketika dijatuhkan, sakitnya tentu luar biasa. Akan beda dengan ketika posisinya masih bawahannya bawahan.

Bapak Presiden ke sebuah apotek kecil di Bogor. Dalam keadaan normal pun belum tentu punya stok vitamin D3 5.000 IU

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News