SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik

SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik
Mendikbud Mohammad Nuh. Foto: Arundono/JPNN
SMK naik daun. Diawali heboh mobil Esemka, pemberitaan mengenai karya-karya fenomenal siswa-siswa SMK terus berlanjut. Tidak hanya merakit mobil, ada juga siswa SMK yang diketahui mampu merakit pesawat terbang. Kalau cuman merakit laptop, seolah bukan hal yang istimewa bagi anak SMK. Luar biasa!

Terlepas dari aroma rebutan mengapresiasi karya bocah-bocah ABG oleh sejumlah politisi yang sempat merebak, deretan karya anak SMK memunculkan harapan baru. Bahwa bangsa ini mampu. Bahwa kreatifitas anak-anak bangsa tidak bisa disepelekan. Yang menjadi pertanyaan, seberapa serius pemerintah memberikan perhatian?

Berikut wawancara wartawan JPNN Nicha Ratnasari dan Arundono, dengan Mendikbud Mohammad Nuh di ruang kerjanya, gedung Kemdikbud, Jakarta, beberapa hari lalu.


Apa sebenarnya latar belakang pendidikan jenjang SMK ini?

Kalau kita bicara SMK itu, tidak boleh dilepaskan dari bicara tentang konsep pendidikan vokasi (kejuruan). Pendidikan vokasi itu pendidikan yang diarahkan untuk meng-explore potensi peserta didik di dalam hal ketrampilan teknis. Sehingga nanti ujung-ujungnya itu bisa menjadi skill worker atau orang yang memiliki keahlian dan ketrampilan. Itu tentunya tidak cukup dengan ketrampilan teknis saja, tetapi juga dilengkapi dengan entrepreneur dan lain-lain. Sehingga, dia diharapkan nanti bisa hidup atau dilengkapi dengan life skill yang mana merupakan ilmu-ilmu yang bisa mengantarkan dia kesuksesan hidup.

SMK naik daun. Diawali heboh mobil Esemka, pemberitaan mengenai karya-karya fenomenal siswa-siswa SMK terus berlanjut. Tidak hanya merakit mobil,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News