SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik

SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik
Mendikbud Mohammad Nuh. Foto: Arundono/JPNN

Konsentrasi anggaran Kemdikbud tahun ini lebih pada pendidikan dasar. Untuk SMK bagaimana?

Perlu dicatat, tidak dikosentrasikan bukan berarti lalu kita abaikan. Itu tidak seperti itu. Anggaran SMK itu masih mencapai angka Rp  2,254 triliun. Itu belum termasuk APBN-P. Saya kira, angka ini sama dengan beberapa kementerian. Artinya, dana SMK itu cukup besar. Yang penting, supaya anak SMK yang memiliki ketrampilan teknis ini tidak berpindah-pindah dan bisa diasah lagi ketrampilan teknisnya, maka kami buka community college. Jadi anak-anak SMK yang sudah lulus pasti kan ada yang ingin meningkatkan ketrampilan dan keahliannya, oleh karena itu bisa disalurkan di community college yang bisa berjalan selama 2 – 3 tahun. Bisa juga dinaikkan lagi ke politeknik. Dengan demikian, anak SMK akan tetap terjaga tradisi dan budaya rohnya di dalam ranah teknis dan vokasi itu.

Kalau kita hanya mengandalkan SMK dan selesai begitu saja, maka tidak akan berkembang. Kan kasihan, setelah lulus SMK lalu bingung mau kemana, apalagi yang tidak punya biaya melanjutkan ke universitas. Sehingga, pemerintah harus memperkuat jenjang di atasnya (SMK) ini namun tetap rohnya tetap vokasi.

Dari sisi siswa, di tahun 2009-2010 jumlah siswa SMK dan SMA itu sebanyak  46 persen dan 54 persen. Sedangkan tahun 2010-2011, perbandingan jumlah siswa SMK dan SMK sebesar 48 persen dan 52 persen. Artinya, perjalanan jumlah siswa SMK ini cukup naik drastis. Ini nanti mau kita buat SMK yang lebih banyak proporsinya, karena kita ingin mengisi skill worker itu tadi. Mau kita naikkan yang SMK ini. Kalau SMA itu kalau untuk kerja memang kurang tepat, karena sifatnya masih umum. Maka itu, kita mau genjot yang SMK ini. Oleh karena itu, jumlahnya kita perbanyak.


Cara menggenjotnya seperti apa?

Jadi, untuk menindaklanjuti tentang SMK ini, sudah ada roadmapnya. Sekarang yang kita lakukan dan belum selesai adalah audit SMK. Jadi kita ingin mngetahui bagaimana fakta di lapangannya mengenai sekolah SMK dan anak-anak SMK ini. Kita audit kompetensinya, fasilitasnya, organisasi manajemennya, produknya, riset dan inovasinya, dan mitra bisnisnya. Yang melakukan audit itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

SMK naik daun. Diawali heboh mobil Esemka, pemberitaan mengenai karya-karya fenomenal siswa-siswa SMK terus berlanjut. Tidak hanya merakit mobil,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News