Sudahi Polemik Impor Jagung

Sudahi Polemik Impor Jagung
Mentan Amran di ladang jagung. foto: Humas Kementan

Dekan Fakultas Pertanian Institut Ilmu Pertanian Bogor (IPB), Suwardi, menguatkan pendapat ini, bahwa untuk tujuan tertentu terkadang impor diperlukan.

“Dari segi jumlah produksi untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri, produksi kita mungkin saja sudah mencukupi. Tetapi jumlah saja tidak cukup karena masih ada faktor lain," ujar Suwardi.

Sambil menunggu jagung Impor, Pemerintah berinisiatif mengusahakan jagung pakan bagi peternak ayam layer (petelur) mandiri, yang semakin terdesak karena harga jagung yang terus merangkak naik. Kembali langkah Kementan menuai kritik, kendati kalangan peternak sendiri justru merasa sangat terbantu.

"Terus terang saya memuji usaha Kementan, khususnya ke Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Pak Dirjen Pak Ketut dan jajarannya. Betul-betul luar biasa untuk peternak dalam mengadakan jagung", kata Awan Sastrawijaya, Peternak Ayam Petelur di Bandung, Jawa Barat.

Padahal menurut Awan yang juga Pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional (PPN), secara tugas pokok dan fungsi itu bukan tugasnya mereka (Ditjend PKH). Tapi mereka yang turun mencari jagung dari gudang yang tersedia, dan mengantarkannya langsung ke peternak.

Dalam keterangan tertulisnya Kementan menjelaskan keputusan ini diambil sebagai upaya penyelamatan peternak ayam mandiri, serta menjaga stabilitas harga ayam dan telur.
Sebagaimana disampaikan Ketua Presidium Forum Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi, apabila tidak segera diantisipasi, kenaikan harga jagung bisa berdampak pada harga telur di pasaran pada bulan depan. "Sebab, biaya jagung berkontribusi 50 persen dari total biaya produksi pakan," kata Ki Musbar.

Dia juga berharap agar jagung impor sebaiknya datang paling telat akhir tahun. "Apabila tiba di Indonesia pada awal tahun 2019, bisa tidak dapat terserap oleh peternak mandiri karena bersamaan dengan panen raya, di mana harga jagung di petani lebih murah", ucapnya khawatir.

Petani Panen Sebelum Jagung Impor Datang

Saat Pemerintah mengusahakan jagung untuk membantu peternak ayam mandiri, Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahudin membawa kabar, sejumlah sentra produksi jagung mulai panen awal November. Wilayah tersebut meliputi Jawa Timur di tujuh kabupaten, yaitu Tuban, Lamongan, Lumajang, Jember, Kediri, Mojokerto, dan Pasuruan. Tercatat areal panen kurang lebih seluas 5 ribu hektare dengan luas panen terbesar di Kecamatan Jenggawah, Jember seluas 2.901 hektare dan Kecamatan Kraton, Pasuruan seluas 1.496 hektare.

Untuk alasan kemandirian pangan itu, Pemerintah melalui Kementan melakukan pengendalian impor bahan pangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News