Tarakan Mencekam...

Dipicu Persoalan Sepele, Memakan Korban

Tarakan Mencekam...
DIKAWAL : Iring-iringan warga yang membawa jenazah korban dikawal kepolisian. (Foto Anthon Joy/Radar Tarakan)
Rahman sendiri mengaku sudah tidak mengetahui apa-apa lagi pasca pertengkaran itu. “Setelah saya diantar ke rumah, saya langsung dibawa ke rumah sakit. Jadi saya tidak tahu apa-apa lagi,” katanya seperti dikutip Radar Tarakan (grup JPNN).

Kejadian ini memicu kemarahan etnis Tidung. Sanak keluarga dan warga dari Persatuan Suku Asli Kalimantan Timur (Pusaka) tumpah ruah di kediaman keluarga korban di wilayah Belalung, Juata Permai, kemarin pagi sebelum dikebumikan di Gunung Daeng, Sebengkok Tiram pukul 15.00.

Kepala Adat Besar Dayak Tidung Kalimantan, Haji Mochtar Basry Idris yang turut hadir di kediaman korban, mengatakan, kasus yang sampai menghilangkan nyawa itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika pihak kepolisian segera merespon aduan-aduan yang sering disampaikan oleh warga asli Kalimantan. “Banyak laporan-laporan yang belum direspon polisi. Saya minta atas nama adat Dayak Tidung, kasus ini dan kasus lainnya yang terjadi sebelumnya segera ditindak. Daftar nama-nama pelaku yang diduga ada delapan orang, sudah ada di tangan kami. Kalau polisi tidak berhasil menangkap, akan kami selesaikan secara adat,” tegasnya.

Namun tokoh adat Dayak Tidung ini berharap agar kejadian itu tidak sampai terjadi. Meski begitu, polisi harus dapat segera bertindak mengusut kejadian ini dan menangkap pelaku pengroyokan atas Rahman, Lili Sutrisna, dan almarhum Abdullah Bin H. Salim. “Kalau sudah diselesaikan secara adat, mati akan dibalas mati. Kami harap jangan seperti inilah. Kalau alasan polisi pelaku lari, ya diusahakan dicari,” harapnya.

TARAKAN – Sepanjang Senin (27/9), suasana mencekam akibat kerusuhan melanda Tarakan, Kalimantan Timur. Beberapa warga dengan senjata tajam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News