Terbang Wedar Jatuh dari Langit, Gempar, Harus Ada Kemenyan

Terbang Wedar Jatuh dari Langit, Gempar, Harus Ada Kemenyan
Terbang Wedar di Desa Gading yang ukurannya besar, dipercaya jatuh dari langit. Foto: Mukhamad Rosyidi/Jawa Pos Radar Bromo

"Jadi yang dibuat Mbah Kluntung itu adalah yang laki-laki, sedangkan yang perempuan yang dibawa oleh Mbah Semendi," kata Sihab.

Sejak saat itu terbang tersebut digunakan untuk acara-acara penting.

Seperti acara selamatan desa, orang-orang yang bernazar, dan lainnya. Tradisi itu berlangsung sampai sekarang.

"Kalau orang bernazar mengundang Terbang Wedar ini dan ternyata lupa, di rumahnya akan didatangi ular sebagai pengingatnya," kata Sihab.

Terbang Wedar juga sering diundang jika ada acara pernikahan, khitanan. Peminat kesenian ini juga masih banyak.

Dalam sebulan rata-rata ada tiga sampai lima kali undangan untuk Terbang Wedar.

Sekali tampil, kelompok Terbang Wedar bisa hingga tiga jam untuk berselawat.

Saat ini masih ada satu kelompok yang melestarikan kesenian Terbang Wedar. Penabuhnya juga tidak sembarangan. Ada ritual khusus sebelum memainkannya.

Terbang Wedar itu dipercaya jatuh dari langit ratusan tahun lalu dan warga menjaganya turun-temurun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News