Terpaksa Mandikan Jenazah dengan Air Hujan

Terpaksa Mandikan Jenazah dengan Air Hujan
PDAM. Foto: JPG

Namun, warga bingung soal air. Mau minta kiriman air dari PDAM tidak mungkin karena sudah malam. Mau pakai air sumur, airnya kotor. Warnanya agak kekuningan.

Terasa lengket di kulit saat digunakan. ''Airnya seperti air payau. Maklum, di sini dekat Kali Lamong," ujar Su'ud.

Warga pun berinisiatif untuk urunan air. Butuh tiga gentong setinggi setengah meter dengan diameter 70 sentimeter untuk memandikan Tupiah.

Warga secara sukarela membawa air untuk dikumpulkan. Yang punya tandon besar memberikan air lebih banyak.

''Kejadian seperti itu tidak hanya sekali," katanya. Lima bulan lalu, juga ada warga meninggal yang harus segera dimakamkan. Namun, pasokan air belum datang karena masih terlalu pagi. Padahal, tangki air PDAM datang saat siang. Warga pun memanfaatkan air hujan yang tertampung di tandon milik salah seorang warga.

Bukan cuma urusan jenazah. Yang paling susah saat warga punya gawe.

''Otomatis butuh air banyak. Kalau minta banyak ke PDAM, nanti tetangganya iri," ujar Su'ud. Kalau sudah iri, tidak jarang terjadi adu mulut antarwarga.

Tercatat sudah lima kali warga bertengkar gara-gara berebut air tangki. Kalau sudah begitu, permasalahan naik hingga level RW.

Di kota sebesar Surabaya masih ada warga yang kekurangan persediaan air bersih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News