The Good, The Bad, and The Ugly
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Di Indonesia muncul istilah ‘’ayat dan mayat’’ yang sudah menjadi leksikon baru politik Indonesia.
Di Amerika pun ada istilah RINO, atau Republican In Name Only, Republikan sekadar nama saja, yang menjadi jargon baru perang politik identitas.
Kalangan Republikan garis keras meyebut mereka yang moderat sebagai Republikan lembek yang sudah luntur ideologinya.
Republikan garis lembek ini diledek sebagai Republikan abal-abal dan hanya menumpang nama saja.
Sementara Republikan garis keras menyebut dirinya sebagai penjaga ideologi yang sesungguhnya.
Mereka ini adalah kalangan white supremacist yang percaya terhadap supremasi kulit putih dan sangat setia kepada Donald Trump.
Narasi ayat dan mayat kali pertama muncul dalam pilkada DKI 2016 ketika petahana Ahok-Djarot kalah di putara final melawan Anies-Sandi.
Narasi itu muncul untuk menggambarkan politik identitas atau politik aliran yang dianggap mengeksploitasi isu agama untuk memenangkan kontestasi politik.
Surya Paloh mengutip kisah film The Good, The Bad, and The Uglyitu ketika berpidato pengukuhan doktor honoris causa yang diterimanya dari Universitas Brawijaya
- Tutup Kegiatan RBN NasDem, Surya Paloh Minta Anak Muda Berjuang Bangun Bangsa
- Fahad Haydra Perankan Sosok Anies Baswedan, Turunkan Berat Badan 5 Kg
- Peserta Sespimmen Menghadap Jokowi, Pengamat Singgung Dugaan Keterlibatan Polisi Pada Pilpres 2024
- Surya Paloh: Kenapa Kami Tidak Ada di Kabinet Rezim Prabowo?
- Keponakan Jadi Komisaris di BUMN, Surya Paloh Bilang Begini
- Ikuti Jejak Anies, Pramono Gratiskan Pajak Rumah dengan NJOP di Bawah Rp 2 Miliar