Tolong, Jangan Sebut Bom Sarinah

Tolong, Jangan Sebut Bom Sarinah
Direktur Utama Sarinah Ira Puspadewi (batik cokelat). Foto: Yessy Artada/JPNN.com

Saya dengar (bunyi) bom pertama, kemudian kurang dari 30 detik ada bom kedua. Dan saya baru beranjak dari tempat duduk setelah bom kedua. Saya lihat pos polisi di depan itu sudah hancur. Saya lihat sudah ada tiga orang jadi mayat, saya tahu dari darah mereka yang mengucur. Kemudian ada satu yang tubuhnya berasap. Saya menduga yang itu (tubuhnya berasap) pelaku bom bunuh diri.

Lalu nasib karyawan Sarinah saat itu bagaimana?

Karyawan kantor Sarinah di lantai 10 ada 200 orang, 70 persennya karyawan perempuan. Walau agak panik ada yang nangis, ada yang agak down, saat pertama yang saya minta kepada mereka (karyawan) adalah tetap tinggal di gedung. Karena masih ada suara tembakan di bawah, kalau keluar (gedung) malah justru gak aman. Begitu juga dengan penguhuni lain, diimbau sebaiknya berada di gedung dan menjauhi jendela.

Untuk kerusakan dan kerugian yang dialami Sarinah seberapa banyak?

Dampak kerugian, saya juga sering dapat pertanyaan itu. Bahwa dengan keadaan seperti ini untuk tanya kerugian saya rasa gak relevan ya, karena kerugian bukan buat Sarinah dan brand apapun yang ada di Sarinah. Berapapun angkanya gak relevan kalau saya sebut.  Keamanan dan keselamatan seisi gedung menjadi prioritas.

Ibu keberatan nama Sarinah selalu disebut dalam ledakan bom tersebut?

Referensi yang dipakai banyak yang sebutkan bom Sarinah. Mohon kerjasamanya, tolong. Saya tegaskan bahwa gak ada bom di dalam Sarinah, semua kejadian di luar Sarinah. Kejadiannya memang di kawasan yang dekat Sarinah, tapi bukan di Sarinah.

Seberapa besar pengaruhnya bagi Sarinah sendiri karena kerap disebut sebagai bom Sarinah?

LEDAKAN bom di kawasan Thamrin, Jakarta pada Kamis (14/1) masih menyisakan beragam ketegangan, khususnya bagi warga Jakarta. Tak terkecuali bagi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News