Ukuran Dada Tentukan Nasib Perempuan Yazidi

Ukuran Dada Tentukan Nasib Perempuan Yazidi
Perempuan Yazidi di wilayah kekuasaan ISIS. Foto: The Telegraph

jpnn.com - Nadia Murad Basee Taha tidak memilih untuk terlahir sebagai seorang Yazidi. Dia juga tidak bisa menolak takdirnya sebagai seorang perempuan. Tapi, dia tidak bisa diam saja saat martabat dan kehormatannya sebagai seorang perempuan Yazidi diinjak-injak. 

Bersama Amal Clooney, dia melawan kesewenang-wenangan tersebut. Semua demi ribuan perempuan Yazidi lain yang masih berada dalam cengkeraman ISIS.

”Kami dipaksa berdiri menghadap tembok. Setelah itu, mereka akan menggerayangi dada kami satu per satu. Mereka yang berdada rata dipisahkan. Sedangkan mereka yang punya payudara langsung dibawa ke tempat lain untuk diperkosa,” kata seorang gadis Yazidi yang diidentifikasi sebagai Victim One dalam kesaksiannya pertengahan bulan lalu.

Meski lolos dari pemerkosaan, para gadis yang berdada rata belum lepas dari ancaman. Sebab, ISIS melakukan inspeksi dada itu tiga bulan sekali.

Jika dalam waktu tiga bulan sudah ada perubahan, nasib mereka akan berubah. Mereka pun akan bergabung dengan rekan-rekan mereka yang lebih dulu menjadi budak seks ISIS.

Dalam buku berjudul Trafficking Terror, How Modern Slavery and Sexual Violence Fund Terrorism, Nikita Malik menyatakan bahwa para budak seks ISIS itu rentan depresi.

Victim One, menurut dia, merupakan salah seorang korban yang lantas mengalami gangguan jiwa. Sebab, Victim One hamil setelah berkali-kali diperkosa militan ISIS. Dia sempat berusaha bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya di tangga.

”Saya pernah berusaha kabur, tapi kemudian ketahuan. Sebagai hukuman, saya diperkosa oleh enam orang sekaligus,” kata Victim One.

ISIS memperlakukan perempuan Yazidi di wilayah mereka secara sangat biadab

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News