Arogan, Pacar Kita Kabur

Arogan, Pacar Kita Kabur
Kasandra A Putranto. Foto: Ist for JPNN

Apalagi sebelum aksi demo 22 Maret, sudah banyak konsumen mengeluhkan perilaku sopir dengan profil tidak profesional,  antara lain  tidak tahu jalan akhirnya penumpang dibawa berputar-putar Jakarta dan harus membayar mahal.

Belum lagi sikap sopir yang arogan dan tidak sopan ke penumpang. Bahkan sopir wangi yang jadi ciri khas taksi biru mulai hilang karena asap rokok dan bau badan sopir. Sekali lagi ini lantaran kelemahan proses rekrutmen dan pembinaan SDM, ibaratnya nila setitik rusak susu sebelanga. Perusahaan taksi biru yang sudah besar inipun mulai tergerus karena manajemen yang tidak kompak mempertahankan imagenya.

Kaitannya dengan taksi online?

Kaitannya sangat kuat, ada konsumen dan penyedia jasa. Konsumen saat ini lebih berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Cara-cara konvensional mulai beralih ke sistem IT. Siapa yang gagap teknologi akan tersingkir dengan sendirinya. 

Di masa kini keberhasilan penjualan akan sangat tergantung kepada konsumen. Konsumen yang dihadapkan dengan berbagai pilihan, akan mencari layanan yang memuaskan, menyenangkan dan memanjakan. Jangan heran konsumen yang didominasi generasi Y, akan memilih taksi berbasis online.

Terlebih layanan taksi berbasis online itu dilengkapi aplikasi canggih, tisue, chargeran, minuman, mobilnya bersih, dan wangi. Apalagi ada fitur untuk memberikan peringkat kepuasan terhadap sopir segera setelah menggunakan layanan. Fitur ini langsung melekat kepada sopir-sopir sebagai bentuk seleksi alam, konsumen tidak ragu-ragu membatalkan pesanan jika mendapatkan sopir yang memiliki rating rendah.

Perilaku konsumen yang beralih ke taksi online ini harusnya segera diantisipasi perusahaan taksi konvensional. Perusahaan taksi konvensional mestinya segera melakukan perubahan misalnya memperkuat aplikasinya dengan sistem canggih.

Selan itu, aspek mana yang harus segera dibenahi?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News