Barasuara Bongkar Rahasia Jalaran Sadrah

Proses pembuatan Jalaran Sadrah berawal pada Januari 2021. Dalam keadaan sudah tanpa manajer maupun perusahaan rekaman dan menuju satu tahun dirongrong pandemi, keenam personel Barasuara berkumpul selama seminggu di vila di Puncak, Bogor.
Barasuara melakukan konsolidasi sebagai band serta menulis lagu baru dari nol maupun mengembangkan materi
yang dibawa masing-masing.
Dari sana, berlanjut ke proses penulisan lagu serta bongkar pasang aransemen dan rekaman yang berlangsung secara berkala hingga awal 2024 di berbagai studio di Jakarta, termasuk di kantor Barasuara serta kediaman personel.
Lirik lagu-lagu dalam Jalaran Sadrah yang mayoritas masih ditulis oleh Iga Massardi jelas terdampak dari berbagai hal kelam yang terjadi belakangan ini.
Seperti lagu Fatalis yang mengecam disinformasi yang merebak kala korban berjatuhan di masa pandemi, serta Habis Terang yang menanggapi pembunuhan massal yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Barasuara juga melibatkan beberapa nama dalam penyempurnaan album Jalaran Sadrah.
Pertama, Barasuara mengajak Erwin Gutawa untuk merangkai aransemen orkestra pada Merayakan Fana, Terbuang dalam Waktu dan Hitam dan Biru yang dieksekusi dengan megah oleh Czech Symphony Orchestra.
Kedua, Barasuara menggandeng Sujiwo Tejo yang menyumbang nyanyian berbahasa Jawa ke lagu Biyang.
Grup musik, Barasuara menggelar acara bertajuk 'Jalaran Sadrah - Story Behind The Album' di Creative Culture Space, Jakarta Selatan pada Rabu (23/4).
- Demi Ekosistem Musik, Gerakan Satu Visi Ajukan Uji Materiel Pasal UU Hak Cipta ke MK
- Barasuara Berserah Diri Lewat Album Jalaran Sadrah
- Kolaborasi Unik Antara The Panturas, Lorjhu, dan Iga Massardi
- Barasuara dan Marcello Tahitoe Siap Hebohkan Pensi Closing Kertas 21
- Dibantu Erwin Gutawa, Barasuara Kini Merayakan Fana
- Dibantu Iga Massardi, Biru Baru Lebih Berdistorsi di Semua Telah Terjadi