Bedah Buku 'PPHN Tanpa Amandemen', Bamsoet Ungkap Alasan Negara Butuh Peta Jalan Model GBHN

Bedah Buku 'PPHN Tanpa Amandemen', Bamsoet Ungkap Alasan Negara Butuh Peta Jalan Model GBHN
Ketua MPR Bambang Soesatyo akan melaksanakan bedah buku terbarunya yang ke-30 berjudul 'PPHN Tanpa Amandemen' di Kampus Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Selasa (21/3) mendatang. Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

Menurut Bamsoet, konvensi merupakan kebiasaan atau tindakan yang bersifat mendasar yang dilakukan dalam menyelenggarakan aktivitas kenegaraan oleh alat kelengkapan negara.

"Dalam hal ini dilakukan oleh delapan lembaga negara untuk menyemangati pembentukan PPHN," paparnya.

Alternatif ketiga, tambahnya, PPHN dalam Tap MPR melalui revisi atau judicial review. Peniadaan pasal 7 ayat 1 UU Nomor 12 tahun 2011 junto UU Nomor 13 tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 12 tahun 2011.

Bamsoet mengatakan dengan meniadakan penjelasan pasal 7 ayat 1 UU Nomor 12 tahun 2011, maka dengan sendirinya tidak ada lagi batasan pemahaman terhadap Tap MPR sebagaimana dimaksud dalam Tap MPR Nomor 1 tahun 2003.

Karena itu, hierarki sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 secara konsisten dapat dilaksanakan sesuai hierarki peraturan perundang-undangan.

Alternatif keempat, menurut Bamsoet adalah dengan mengubah UU Nomor 17 tahun 2014 junto UU Nomor 13 tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 17 tahun 2014 tentang MD3.

Langkah ini dengan memasukkan substansi menambah kewenangan MPR membentuk PPHN, dengan menerbitkan produk hukum berupa Tap MPR, yaitu pada pasal 4.

Tujuannya agar PR akan kembali memiliki kewenangan subyektif superlatif dan sinkron dengan pasal 5 UU tersebut.

Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet akan mengungkap alasan negara butuh peta jalan model GBHN dalam bedah buku 'PPHN Tanpa Amandemen' di Kampus U

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News