Bohong

Bohong
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun, pada akhirnya kebenaran yang akan menang. Becik ketitik ala ketara.

Kebohongan terjadi dalam berbagai aspek, terutama di ranah ekonomi dan politik. Tom Phillpis menyebut politik adalah bidang yang lekat dengan hal-hal bohong dari waktu ke waktu.

Media, dalam tinjauan ekonomi-politik, memiliki peran penting dalam mengamplifikasi kebenaran atau malah terjebak dalam kebohongan. Hal itu akan sangat bergantung pada komitmen serta keberpihakannya.

Literasi serta kemampuan nalar kritis sangat penting untuk ditumbuhkan.

Media bisa membawa publik hidup dalam dunia simulasi yang penuh dengan kebohongan, yang disebut simulacra oleh Baudrillrad. Kebohongan dapat melebihi realitas atau bahkan terpisah dari realitas itu sendiri menjadi hiper-realitas.

Kebohongan dalam bentuk misinformasi ataupun disinformasi terjadi setiap saat. Dibutuhkan kemampuan verifikasi faktual untuk mengecek kebenarannya. Itulah tantangan besar dalam era transformasi media digital dan media sosial yang menghadapi proses percepatan produksi-distribusi-konsumsi informasi setiap saat.

Dalam catatan Tom Phillpis banyak tokoh-tokoh besar dunia yang menjadi terkenal justru karena bohong. Salah satunya, bapak pendiri Amerika Benjamin Franklin. Phillips mencatat Franklin berbohong dengan mengaku dirinya berhasil memahami petir dengan hanya bereksperimen menggunakan layang-layang.

Meskipun secara ilmiah ‘’penemuan’’ ini tidak terverifikasi, tetapi saat itu ada sejumlah ilmuwan mendukung dan membenarkan temuan Franklin.

Dalam catatan Tom Phillpis banyak tokoh-tokoh besar dunia yang menjadi terkenal justru karena bohong.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News