Di Dusun Ini Pria Harus Berani Menculik Perempuan

Di Dusun Ini Pria Harus Berani Menculik Perempuan
Talim bersama salah satu penduduk dusun yang tengah menenun. FOTO: SEKARING RATRI/JAWA POS

Biasanya, durasi penculikan bisa sampai tiga hari dua malam. Penculikan itu harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi alias tanpa sepengetahuan orang tua si gadis.

Jika ketahuan, si perempuan biasanya akan kembali diambil orang tuanya. Pernikahan pun tidak akan terjadi.

Agar prosesi penculikan berhasil, menurut Talim, si pria dibantu teman-temannya. Talim juga beberapa kali membantu teman-temannya untuk melakukan penculikan.

Setelah diculik, si perempuan diinapkan di rumah si pria. Meski telah diculik, si pria sama sekali tidak boleh menyentuh si perempuan. ”Dia juga tidur dengan orang tua si pria,” tutur Talim.

Tahap selanjutnya, menurut Talim, pihak pria mengutus dua orang yang disebut nyelabar atau rebak pepucuk.

Utusan tersebut bertugas menyampaikan kabar kepada orang tua pihak perempuan bahwa anak gadisnya telah resmi diculik pihak pria. Penyampaian kabar oleh utusan itu paling lambat tiga hari setelah si perempuan diculik.

”Ini untuk memberi tahu ke orang tuanya bahwa anaknya yang beberapa hari tidak pulang ke rumah itu bukan karena nyebur ke laut atau jatuh ke sumur, melainkan diculik. Kalau sudah ngomong seperti itu, orang tuanya sudah paham bahwa anaknya harus segera dinikahkan,” jelasnya.

Hari berikutnya, dua utusan tersebut kembali datang ke rumah si perempuan untuk membicarakan wali yang akan ditunjuk guna menikahkan pasangan tersebut.

Sebagian besar warga suku Sasak masih menjalani tradisi kawin culik. Tidak ada budaya meminang atau melamar. Si pria harus berani menculik perempuan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News