Di Dusun Ini Pria Harus Berani Menculik Perempuan

Di Dusun Ini Pria Harus Berani Menculik Perempuan
Talim bersama salah satu penduduk dusun yang tengah menenun. FOTO: SEKARING RATRI/JAWA POS

Cara meminangnya pun harus sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Dalam adat suku Sasak, proses pernikahan harus didahului dengan tradisi kawin culik.

Hingga saat ini, mayoritas suku Sasak masih menjalani tradisi itu. Bedanya, prosesi kawin culik di Dusun Sade masih sangat otentik alias tanpa pacaran.

”Karena kami dilarang ketemu dengan orang yang disukai, kecuali di rumahnya dengan didampingi kedua orang tuanya,” ungkapnya.

Namun, Talim mengakui, seiring berkembangnya zaman, laki-laki maupun perempuan yang tengah kasmaran di dusun tersebut sudah makin lihai.

Mereka berupaya menyiasati larangan bertemu itu dengan berbagai cara. Salah satunya, meminta izin keluar untuk wudu dengan didampingi saudara kandung.

”Di sini kan kalau mau wudu harus pergi ke luar rumah. Biasanya, kami sudah janjian dengan gadis yang kami suka atau pacar untuk ketemuan di tempat tertentu. Lokasi favorit muda mudi di sini adalah dekat pohon cinta,” ujar Talim sambil menunjukkan lokasi tersebut.

Letaknya di sebuah lorong sempit. Pohon yang dimaksud ternyata tak berdaun, hanya ada dahan kayu yang sudah gundul.

Selain itu, tidak ada budaya meminang atau melamar. Jika menyukai seorang perempuan dan berniat menikahinya, si pria harus menculik perempuan tersebut.

Sebagian besar warga suku Sasak masih menjalani tradisi kawin culik. Tidak ada budaya meminang atau melamar. Si pria harus berani menculik perempuan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News