Di Hadapan Elite Demokrat, SBY Kembali Sindir Jokowi

Di Hadapan Elite Demokrat, SBY Kembali Sindir Jokowi
SBY berpidato dalam acara pembekalan pimpinan dan kader utama Partai Demokrat di Bogor, Senin (28/3). Foto: Radar Bogor

jpnn.com - BOGOR - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali berkeluh kesah mengenai persepsi publik mengenai prestasi pemerintahannya. Ketua umum Partai Demokrat ini mengaku kesal karena masih ada yang menyebut rezimnya gagal dan tidak menghasilkan apa-apa.

Kali ini SBY curhat di hadapan para pimpinan dan kader utama Partai Demokrat dalam acara pembekalan di Novotel Hotel, Bogot, Senin (28/3). “Tidak fair kalau katanya 10 tahun pemerintahan SBY gagal. Menurut saya berlebihanlah. Too much,” ungkapnya saat membuka sesi pertama pemberian materi.  

SBY mengingatkan bahwa setiap presiden mulai Soekarno hingga dirinya memiliki keberhasilan dan kegagalan. Ada program yang terealiasi, tapi ada juga yang belum bisa diwujudkan. Kelak, lanjutnya, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun akan seperti itu. "Mari kita jernih, jujur dan rasional ketika kita memberikan statement apapun,” imbaunya.

Presiden dua periode ini juga tidak terima dicap sebagai pemimpin yang lambat dan penakut. Dia merasa sudah berkali-kali menunjukkan keberanian dan kesigapannya dalam menyelesaikan masalah. Dia mencontohkan soal subsidi bahan bakar minyak yang selalu menjadi topik panas di setiap era pemerintahan. 

“Tak perlu ada kata-kata SBY tidak berani menaikkan harga BBM karena takut jatuh popularitasnya. Jangan ada kata-kata tidak berani. Kita menaikkan BBM pada tahun 2005 hingga 140 persen. Pak Jokowi menaikkan 30 persen,” sindir SBY. 

SBY pun membandingkan kesigapannya menyusun kabinet ketika baru duduk di kursi presiden 2004 lalu. Presiden Joko Widodo membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk membentuk kabinet. Sementara SBY, satu hari setelah dilantik langsung menentukan susunan kabinet. Keesokan harinya rapat kabinet perdana langsung digelar.  

“Besoknya langsung rapat paripurna kabinet. Lima hari setelah itu, gubernur-gubernur sudah saya panggil ke Istana. Kalau dibilang lambat, kebangetan,” ungkap mantan menteri era Presiden Megawati Soekarnoputri itu dengan nada agak meninggi.  

Namun SBY kembali menegaskan bahwa pemerintahannya tidak sempurna. Karenannya, suami Ani Yudhoyono ini tidak keberatan dikoreksi. Yang terpenting, koreksi jelas arah dan tujuannya, demi memperbaiki yang belum baik, dan membangun ke arah yang lebih baik. “Saya ingin suatu saat, Pak Jokowi juga membuat hal sama seperti yang saya lakukan hari ini. Tidak ada satu pun presiden yang tidak ingin menambah capaian. Makin banyak tambahan capaiannya, Insa Allah pahalanya makin tinggi,” ungkapnya. (ral/dil/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News