Dilema Adaptasi Kehidupan Baru

Oleh Bambang Soesatyo*

Dilema Adaptasi Kehidupan Baru
Bambang Soesatyo. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kedua, klaim tentang vaksin penangkal virus ini oleh beberapa negara masih dalam tahap uji coba, sehingga belum akan tersedia untuk umum dalam jangka dekat.

Ketiga, karantina mandiri hingga penerapan protokol kesehatan menjadi cara yang cukup efektif menghindari penularan. Jika semua orang mematuhi protokol kesehatan, diyakini bahwa kasus Covid-19 bisa ditekan hingga jumlah terkecil, atau bahkan rantai penularannya bisa diputus.

Kalau keduanya terwujud, kerja memulihkan semua aspek kehidupan praktis menjadi lebih mudah. Semua orang tak perlu lagi takut berlebihan ketika berada di ruang publik, termasuk di kantor, kampus atau sekolah.

Keempat, keberhasilan menekan jumlah kasus Covod-19 tidak hanya menyehatkan dan menyelamatkan banyak orang, tetapi juga akan membentuk persepsi positif untuk negara-bangsa. Sekadar contoh pembanding, masyarakat Eropa kini membuat pembatasan bagi warga AS untuk berkunjung ke benua itu. Sebab, persepsi publik Eropa tentang AS dalam konteks Covid-19 tidak begitu bagus.

Kendati pandemi Covid-19 masih akan berlangsung, semua elemen masyarakat tentu berharap persepsi komunitas global tentang Indonesia tidak akan seburuk seperti persepsi tentang AS atau Brasil.

Karena itu, kepatuhan pada protokol kesehatan sebaiknya jangan ditawar-tawar lagi. Kepatuhan pada protokol kesehatan akan memampukan semua orang menerapkan dan beradaptasi dengan pola hidup baru.

Hanya dengan pendekatan itulah masyarakat akan dimampukan menyiasati pandemi ini. Bukankah durasi pandemi covid-19 belum bisa dihitung?

Namun, penerapan pola hidup baru itu sebaiknya tidak harus dipaksakan jika proses dan skala penularan Covid-19 masih seperti periode Juni-Juli 2020 sekarang ini. Masih adanya kelompok-kelompok masyarakat yang belum mematuhi protokol kesehatan menjadi dilema.

Mengacu pada pengalaman buruk Eropa dan kegagalan AS serta Brazil meredam penularan Covid-19, disarankan kepada semua pemerintah daerah untuk makin bijaksana dan lebih mengutamakan aspek kehati-hatian dalam melonggarkan ketentuan pembatasan sosial atau menerapkan pola hidup baru.

Kalau pelanggaran protokol kesehatan masih marak sebagaimana terlihat pada sejumlah kota di pulau Jawa, berarti pemerintah daerah masih gagal sehingga sebagian masyarakatnya belum berkesadaran penuh akan pentingnya mematuhi dan melaksanakan protokol kesehatan.

Maraknya pelanggaran protokol kesehatan masih terlihat di Jakarta dan sejumlah kota di Jawa Timur. Kecenderungan itu tecermin dari lonjakan kasus baru di Jakarta maupun Jawa Timur.

Ada fakta yang menjadi penanda bahwa Jakarta, Jawa Timur dan beberapa kota lainnya memang belum siap menerapkan pola hidup baru di masa pandemi Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News