Enam Teori Kenapa Korut Serang Korsel

Enam Teori Kenapa Korut Serang Korsel
KOMANDO - Pemimpin Korut Kim Jong-il ketika masih belum jatuh sakit dan aktif memeriksa fasilitas dan armada militer - termasuk kapal perangnya - langsung ke lokasi. Foto: EPA/BGNES.
Kemungkinan motif atau teori kedua, adalah untuk memuluskan suksesi kepemimpinan (di Korut). Untuk diketahui, hampir dipastikan pemimpin Korut Kim Jong-il bakal memindahkan kekuasaan ke tangan putra ketiganya, Kim Jong-eun. Sehubungan dengan itu, sejumlah kalangan di Korut disebutkan meyakini bahwa beberapa waktu terakhir Kim (Jong-il) telah berupaya mengindentikkan nama putranya itu dengan berbagai pencapaian (kesuksesan) besar Korut.

Teori lainnya tentang faktor serangan, adalah adanya pertarungan kekuasaan di internal Korut sendiri. Terkait 'teori' ini, sejumlah analis berargumen bahwa serangan torpedo itu mungkin dilepaskan oleh salah seorang komandan militer tertentu yang ingin menarik perhatian atau malah mengumpulkan dukungan. Namun banyak analis justru membantah, dengan menyebut bahwa serangan itu masih mustahil terjadi tanpa lampu hijau dari Kim sendiri.

Kemungkinan lainnya terhadap latar belakang serangan itu, adalah melemahmya komando (di militer Korut). Dalam hal ini, analisis terburuk tentang apa yang terjadi adalah bahwa Kim tak lagi punya kendali penuh - terutama lantaran kondisi fisiknya pasca terkena stroke - atas rantai komando militer. Kondisi ini mendorong dua kemungkinan: bahwa penyerangan terhadap kapal Cheonan diperintahkan oleh komandan militer yang 'nakal', atau justru kebijakan (militer) yang salah dari Kim sendiri karena daya pikirnya melemah. Menurut Andrei Lankov pula dari Kookmin University di Seoul, Korut belakangan memang telah mulai menjadi semacam "kapal tanpa tujuan", dengan logika pengambilan keputusan yang kerap kacau-balau.

Kembalinya ideologi garis keras. Ini menjadi teori berikutnya dari latar belakang serangan ke Cheonan tersebut. Sejumlah ilmuwan menyebutkan bahwa sampai dengan tahun lalu setidaknya, Kim sebenarnya cukup terbuka terahadap masukan dan nasehat dari faksi liberal di negaranya, terutama dalam hal input mengenai reformasi pasar dan keuangan. Namun ketika banyak di antara masukan itu gagal, Kim akhirnya lebih memilih kembali ke ideologi-ideologi era perang dingin.

NEW YORK - Tragedi tenggelamnya kapal militer Korsel, Cheonan, telah memicu munculnya ketegangan baru dalam hubungan dua negara di Semenanjung Korea,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News