Indonesia Tetapkan Tarif Tertinggi Rapid Test, Tetapi Seberapa Penting Tes Ini?

Indonesia Tetapkan Tarif Tertinggi Rapid Test, Tetapi Seberapa Penting Tes Ini?
Menurut pakar di Australia, 'rapid test' tidak cukup akurat dalam mendiagnosa COVID-19 dan lebih baik digunakan setelah 'swab test'. (Foto: ANTARA)

Rata-rata harian dalam sepekan terakhir sampai Rabu (08/07) adalah 11.888 orang dari jumlah spesimen sebanyak 20.372.

Elina menilai, berdasarkan jumlah spesimen yang jumlahnya hampir dua kali lipat dari orang yang dites, kapasitas pengetesan bisa ditingkatkan.

"Kami sedang mengadvokasi supaya Indonesia mengadopsi discharge criteria WHO yang tidak lagi mengharuskan syarat dua kali swab negative."

"Kalau discharge criteria diubah, tidak perlu lagi 2 kali swab, penggunaan test kit bisa digunakan untuk kasus-kasus yang baru," pungkasnya.

Rapid test punya 'konsekuensi serius'

Pemasok dari rapid test, yang sudah dijual secara 'online' di Australia, mencoba untuk menarik perhatian pembeli dengan menulis jika mereka memeriksa diagnosa COVID-19 "ideal hanya dalam waktu 15 menit".

Indonesia Tetapkan Tarif Tertinggi Rapid Test, Tetapi Seberapa Penting Tes Ini? Photo: Pengamat menilai pemerintah sengaja merawat misinformasi tentang rapid test dalam penanganan COVID-19 di Indonesia. (ABC News: Jerry Rickard)

 

"Hanya dengan dua tetes darah, dapatkan hasil dengan kepekaan setinggi 96,9 persen dan kekhususan sebesar 99,4 persen dalam waktu 15 menit," bunyi iklan lainnya.

Bahkan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebutnya sebagai 'game-changer', sambil mengatakan kemudahan yang ditawarkan rapid test semudah tes kehamilan.

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menetapkan tarif tertinggi pemeriksaan rapid test antibodi sebesar Rp150

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News