Keluarga Soeharto Bicara soal Gelar Kepahlawanan

Yang Ingin Pak Harto Jatuh Tetap Tak Bisa Gantikan

Keluarga Soeharto Bicara soal Gelar Kepahlawanan
Foto : Ridho Taqobalallah/Radar Solo/JPNN

Namun, Probo menyerahkan urusan pemberian gelar itu kepada pemerintah. Dirinya dan keluarga besar Soeharto hanya yakin bahwa apa yang telah dilakukan Soeharto semasa hidup dan memimpin bangsa ini merupakan bentuk pengabdian kepada negara. "Sebagai orang Jawa, kita kan harus bisa rumangsa (bisa merasa), jangan rumangsa bisa (merasa bisa). Jadi terserah pemerintah," katanya.

Kenangan indah dan puja-puji juga meluncur dari bibir putra-putri Soeharto. Siti Hediati Haryadi atau Titik Soeharto mengingat bapaknya sebagai orang dengan etos kerja tinggi. Pak Harto selalu bangun pukul empat pagi dan tidur sekitar pukul dua dini hari. "Coba tanya yang jadi menteri di era Bapak," ujar Titik di Astana Giribangun pekan lalu.

Yang terang, katanya, rakyat Indonesia masih mencintai Pak Harto. Titik menyimpulkan itu tatkala melihat antrean warga yang melepas kepergian Pak Harto. Mereka berdiri di sepanjang jalan, mulai di Jakarta, Solo, hingga Astana Giribangun. "Itu bentuk cinta," tegasnya.

Penghargaan itu, baginya, lebih besar daripada penghargaan dalam bentuk gelar pahlawan dari pemerintah. Ya, masyarakat boleh berpolemik. Ada yang suka ada yang benci. Yang tak bisa diingkari adalah bahwa Soeharto yang lengser pada Mei 1998 itu telah mengisi lembar sejarah negeri ini selama empat windu. (*/c2/dos)


Masyarakat Indonesia boleh berpolemik soal layak tidaknya mantan Presiden Soeharto menyandang gelar pahlawan nasional. Tapi, bagi keluarganya, kelayakan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News