Mengunjungi Perkampungan Muslim Indonesia di Ho Chi Minh City
Hanya Para Lansia Yang Masih Bisa Berbahasa Indonesia
Kamis, 09 Agustus 2012 – 00:24 WIB
Meski disebut Masjid Malaysia-Indonesia, sekilas tidak tampak nuansa Malaysia maupun Indonesia di kawasan tersebut. Malah kawasan itu tidak ada yang berbeda dengan blok permukiman penduduk asli. "Hampir seluruh warga yang bermukim di sini merupakan keturunan Indonesia, dari Pulau Bawean," ujar Imam Masjidil Rahim Haji Ali bin Ahmad.
Walaupun didominasi keturunan dari Bawean, jangan berharap bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Saat Jawa Pos mencoba berkomunikasi dengan warga setempat menggunakan bahasa Inggris ataupun Indonesia, tak ada satu pun yang bisa menjawab. Mereka lebih bisa berkomunikasi dengan bahasa Vietnam.
Bahkan, imam masjid juga tidak bisa berbahasa Inggris maupun Indonesia. Untungnya, Jawa Pos mendapat bantuan dari salah seorang mahasiswa muslim Vietnam yang alumnus Universitas Brawijaya Malang Mohammed Yusuf. Dialah yang menjadi penerjemah.
Haji Ali mengatakan, saking jauhnya garis keturunan serta kebiasaan sehari-hari menggunakan bahasa Vietnam, bahasa Indonesia, bahasa Jawa, atau bahasa Madura (bahasa sehari-hari warga Bawean) tidak lagi dikenal. "Kalaupun bisa, itu hanya orang-orang yang berusia di atas kepala tujuh. Itu pun harus dilakukan dengan berbicara pelan-pelan," tutur kakek 84 tahun itu.
Di salah satu sudut kota Ho Chi Minh terdapat perkampungan yang 95 persen penduduknya berasal dari Pulau Bawean, Jatim. Sudah lebih dari 125 tahun
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor