Musailamah Al-Makin

Oleh: Dahlan Iskan

Musailamah Al-Makin
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saat mengirim surat itu Musailamah berada di atas onta, tidak jauh dari masjid, sambil menunggu balasan dari Muhammad.

Setelah tidak ada kesepakatan, Musailamah lantas kirim surat penawaran: bagaimana kalau dunia ini dibagi dua wilayah kekuasaan. Muhammad berkuasa di Makkah-Madinah dan sekitarnya. Musailamah di Riyadh dan wilayah timur.

Muhammad membalas surat tawaran itu: menolak. Bumi ini tidak bisa dibagi. Bumi ini untuk orang beriman.

Itulah yang membuat Al Makin tertarik meneliti Musailamah. Dari penelitiannya itu Al Makin berkesimpulan bahwa pengikut Musailamah sangat besar. Ia juga seperti Muhammad.

Tidak hanya pemimpin agama tetapi juga kepala suku, bahkan juga pimpinan wilayah pemerintahan.

Ketika Muhammad meninggal, nabi Musailamah masih hidup. Di zaman pemerintahan Abubakar Siddiq Musailamah diperangi. Terjadilah perang Yamama.

Musailamah tewas di tangan pasukan Khalid bin Walid. Tetapi agama yang dibawakannya masih hidup: agama Hanif.

Kelak, di zaman dinasti Muawiyah pengikut Musailamah tidak mendapat tempat di sistem sosial. Mereka jadi kelas buruh dan budak.

Saya asyik bertemu seorang peneliti nabi kemarin. Dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta. Nama peneliti pendek: Al Makin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News